Jalur Utama Kukar Tercemar Limbah, DPRD Soroti DLH

ADVERTORIAL – Jalur tanjakan Gunung Mangga kembali menjadi perhatian serius DPRD Kota Samarinda. Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Samarinda, Deni Hakim Anwar, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi jalan yang sering tercemar tumpahan dan tetesan limbah dari truk pengangkut sampah. Menurutnya, masalah ini tidak hanya merusak estetika dan kenyamanan pengguna jalan, tetapi juga menimbulkan risiko pencemaran lingkungan yang perlu segera ditangani.
“Nah kayak di Gunung Mangga itu kan memang posisinya menanjak, nanjaknya itu kan curam ya kan,” ujarnya saat ditemui di Kantor DPRD Kota Samarinda, Rabu (30/7/2025) siang.
Medan yang terjal membuat air lindi dari sampah mengalir ke bagian belakang truk, kemudian menetes ke permukaan jalan. Kondisi ini menciptakan jalur yang kotor, licin, dan berbau menyengat, sehingga mengganggu warga maupun pengendara yang melintas. “Nah, itu biasanya kan nanti semua sampah turun ke ujung dan itu akan menimbulkan tetesan itu tadi,” katanya.
Gunung Mangga merupakan jalur penghubung utama antara Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) sekaligus menjadi satu-satunya akses menuju Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Hingga kini, belum ada jalur alternatif lain. Setiap permasalahan di ruas ini berdampak langsung terhadap kelancaran transportasi ribuan pengguna jalan setiap harinya. “Saat ini kan belum ada jalan lain selain jalan Gunung Mangga itu kan, untuk ke Kabupaten Kukar juga,” jelas Deni.
Ia memperingatkan, jika masalah ini dibiarkan, pencemaran lingkungan bisa semakin parah. Selain bau yang menyengat, tumpahan limbah berpotensi mengurangi kualitas udara dan memicu masalah kesehatan bagi masyarakat di sekitar jalur.
Deni mendesak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Samarinda mengambil langkah teknis yang jelas dan komprehensif. Ia menilai DLH tidak cukup hanya berfokus pada pengangkutan sampah, tetapi juga harus memastikan kebersihan jalur pengangkut terbebas dari jejak limbah.
“Makanya kalau memang tidak dieksekusikan, mereka harus siapkan untuk pembersihannya, artinya jangan sampai itu menjadi kotoran yang ada di jalanan apalagi ini jalan-jalan poros kita ketahui kan,” tegasnya.
Salah satu usulan Deni adalah pemasangan sistem penampungan limbah cair di setiap truk sampah. Dengan begitu, air lindi tidak akan tumpah langsung ke jalan, terutama saat melewati jalur tanjakan seperti Gunung Mangga. Selain itu, ia mengusulkan adanya pembersihan rutin khusus untuk jalur tersebut. “Nah, makanya kita harapkan Dinas terkait ini bisa melakukan langkah-langkah komprehensif terhadap masalah itu,” ujarnya.
Politikus ini juga menyoroti citra negatif armada pengangkut sampah di mata masyarakat. Selama ini, warga terlanjur beranggapan bahwa setiap kali truk sampah lewat, pasti akan meneteskan limbah dan mengeluarkan bau busuk. “Jangan sampai sudah menjadi budaya, artinya kalau sudah mobil sampah lewat pasti bau nih, pasti netes nih,” tegasnya.
Deni berharap pengelolaan sampah di Samarinda bisa membuktikan bahwa prosesnya dapat dilakukan dengan rapi dan bersih, sehingga mampu menghapus stigma buruk tersebut. “Nah ini loh yang kita harus membersihkan dan artinya menghilangkan budaya-budaya itu tadi kan, stigma-stigma negatif lah yang kita inginkan,” ungkapnya.
Sebagai bentuk keseriusan, DPRD melalui Komisi III akan terus melakukan pemantauan terhadap langkah DLH dalam menangani masalah ini. Pemantauan akan difokuskan pada jalur Gunung Mangga sebagai titik rawan pencemaran akibat tumpahan limbah. “Mungkin nanti kami akan pantau lagi DLH kaitan dengan permasalahan ini tadi,” pungkasnya.
Dengan koordinasi yang baik antara DPRD dan DLH, diharapkan persoalan limbah di jalur strategis ini dapat segera teratasi. Upaya ini tidak hanya demi menjaga lingkungan tetap bersih, tetapi juga memastikan kenyamanan dan keselamatan para pengguna jalan yang setiap hari melintasi Gunung Mangga. []
Penulis: Selamet | Penyunting: Aulia Setyaningrum