Kalbar Surplus Beras Tiap Tahunnya Capai 426 Ribu Ton

Dony Saiful Bahri, SP, MMA, Kabid Tanaman Pangan, Distan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat. “Kalbar surplus beras mencapai 426 ribu ton per tahunnya”.(Foto:Rachmat Effendi)

PONTIANAK-Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura, Provinsi Kalimantan Barat, Dony Saiful Bahri, SP, MMA mengatakan, realisasi tanam padi untuk bulan Oktober s/d Maret (Okmar) 2017 dan April s/d September (Asep) 2018 mencapai 623.696 hektare tersebar di 14 Kabupaten/Kota seluruh Kalimantan Barat.

Dengan rincian untuk musim tanam Oktober s/d Maret 2017 mencapai 273.652 hektare, sedangkan untuk musim tanam April s/d September 2018 realisasinya seluas 350.044 hektare.

Menurutnya, untuk tahun musim tanam 2018 Provinsi Kalimantan Barat para petani dapat memproduksi beras sebanyak 1,6 juta ton, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 1,47 juta ton.

“Peningkatan produksi beras itu tidak terlepas banyaknya program pemerintah yang mendukung kegiatan para petani kita di Kalbar, seperti program padi gogo di lahan kering,dan bantuan program padi inbrida dan lain-lain,’’kata Dony Saiful Bahri kepada Beritaborneo.com, Kamis (25/10) di ruang kerjanya.

Masih kata Dony Saiful Bahri, jika padi dikonversi menjadi beras dari 1,6 juta ton tersebut hasilnya mencapai 1 juta ton, berarti bila penduduk Kalbar 5 juta orang, sementara kebutuhan beras 114 kg per orang maka kebutuhan beras mencapai 574 ribu ton,”Itu artinya ada sisa beras 426 ribu ton, artinya Kalbar tiap tahunnya rata-rata ada surplus beras 426 ribu ton pertahun,’’ungkap Dony Saiful Bahri lagi.

Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar, masing-masing 3 besar areal lokasi sawah terluas yakni Kabupaten Sanggau 127.683 Hektare, Sambas seluas 102.301 hekater sedangkan Kabupaten Landak 93.449 hekater.

“Alhamdulillah untuk produksi beras Kalbar masih urutan sepuluh besar secara nasional, itu semua juga tidak terlepas peran dan dukungan swadaya masyarakat petani kita,’’tutur  Dony.

Perlu juga masyarakat kita diberi pemahaman, mengapa kita masih memasukkan beras dari daerah lain, jangan salah itu adalah beras yang premium biasanya untuk kebutuhan hotel, dan restauran .(Rachmat Effend)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *