Kondisi Run Way Bandara Beringin Membahayakan

Lansan pacu Bandara Beringin

BARITO UTARA – Landasan pacu atau run way Bandar Udara (Bandara) Beringin di Kecamatan Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah tampaknya belum dapat dikatakan layak dan kondisinya tentu dapat membahayakan penerbangan. Hal itu karena sejak dibangun tahun 2006, landasan pacu sepanjang 900 meter tidak dilapisi  over lay atau lapisan aspal.

“Kondisi landasan pacu (run way) bandara yang dibangun sekitar tahun 80-an ini sudah sembilan tahun terakhir tidak lagi dilakukan pengaspalan ulang,” kata Petugas Teknis Bangunan dan Landasan pada Bandara Beringin Muara Teweh, Suriansyah, Rabu (17/6).

Pemkab sudah mengusulkan kepada Dirjer Perhubungan udara, untuk dilakukan “overlay” bandara tersebut, namun hingga kini tidak ada dana, sehingga kualitas aspal terlihat batu kerikil dan sangat terasa pesawat lepas kandas dan mendarat. “Selain itu kondisi tanah pada beberapa bagian landasan pacu mulai turun, sehingga rawan terjadi kejadian yang tidak diinginkan,” katanya.

Suriansyah menambahkan, kondisi Bandara Beringin Muara Teweh sudah tidak layak dikembangkan atau ditingkatkan karena berada di tengah pemukiman. Bahkan di ujung pada run way sebelah kanan sedang dibangun rumah walet beton milik warga yang diperkirakan setinggi 12 meter. “Terkait rumah walet ini pihaknya sudah melayangkan surat pemberitahuan akan keselamatan penerbangan,” jelas dia.

Dia memperkirakan, tidak adanya dana untuk peningkatan Bandara Beringin Muara Teweh ini karena, Kabupaten Barito Utara (Barut) sedang membangun bandara baru di kawasan Desa Trinsing Kecamatan Teweh Selatan.  Saat ini pembangunan bandara baru itu di lahan seluas 180 hektare dan memiliki panjang landasan 2.250 meter dan lebar landasan pacu seluas 30 meter dan nantinya bisa didarati pesawat berbadan besar seperti Fokker dan Boeing. “Kami harapkan bandara itu selesai bisa dioperasikan tahun 2016 nanti, meski sejumlah fasilitas masih belum selesai 100 persen,” ujarnya.

Bandara baru yang dibangun sejak 2006 lalu itu selain untuk penerbangan umum, juga akan dijadikan bandara pendukung pertahanan militer wilayah Kalimantan. “Selain menjadi bandara komersial, pembangunan lapangan terbang ini nantinya akan menjadi markas pendukung pesawat TNI AU,” katanya.

Saat ini penerbangan di Bandara Beringin Muara Teweh dilayani oleh maskapai Susi Air dengan tujuan Muara Teweh-Palangka Raya, penerbangan itu mendapat subsidi dari pemerintah. Penerbangan menggunakan pesawat jenis Cessna berpenumpang 12 orang dengan frekuensi tiga kali sepekan, yakni setiap Rabu, Jumat, dan Minggu dengan harga tiket dewasa Rp273.300 dan bayi (infant) Rp32.730.

Maskapai Susi Air juga melayani rute nonsubsidi dengan tujuan Muara Teweh-Banjarmasin dan Muara Teweh-Balikpapan, Kalimantan Timur setiap hari. Rute itu, sebagai penerbangan reguler, namun dilayani dengan harga tiket cukup mahal, melebihi Rp1 juta per orang. “Meski harga tiket relatif mahal, namun penumpangnya tetap banyak,” kata seorang warga Muara Teweh Agus Sidik. [] ANT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *