BUMDes Sumber Purnama Ubah Wajah Pertanian Loa Kulu, Beras Cap Tugu Tembus Pasar Modern

ADVERTORIAL – Sebuah transformasi ekonomi tengah berlangsung di Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sumber Purnama, yang berbasis di Desa Loh Sumber, kini menjadi sorotan berkat terobosannya dalam sektor hilirisasi pertanian. Mereka tidak lagi sekadar menjual gabah mentah, melainkan telah sukses memproduksi dan memasarkan beras kemasan dengan merek dagang “Beras Cap Tugu” ke toko retail dan pusat perbelanjaan modern di Balikpapan dan Samarinda.

BUMDes Sumber Purnama berhasil mengembangkan usaha pertanian dengan memproduksi beras secara mandiri dan memasarkannya ke berbagai wilayah. Usaha ini menjadi bukti nyata bahwa desa mampu menjadi pelaku utama dalam rantai pasok pangan nasional.

Inisiatif ini digawangi oleh Kepala Desa Loh Sumber, Sukirno, bersama tim BUMDes dan gabungan kelompok tani dari beberapa desa dan kelurahan, seperti Desa Sungai Payang, Kelurahan Bukit Biru, dan Desa Rapak Lambur. Dukungan juga datang dari Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang memberikan bantuan alat dryer senilai Rp1,8 miliar.

Pengadaan alat dryer dilakukan pada akhir tahun 2024, dan mulai dioperasikan sejak Februari 2025. Sejak saat itu, proses produksi beras terus berjalan dan kini telah mencapai kapasitas produksi hingga 10 ton dalam empat hari.

Seluruh proses produksi berlangsung di Desa Loh Sumber, Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara. Produk akhirnya didistribusikan ke berbagai daerah, termasuk Balikpapan, Samarinda, Kembang Janggut, Sangasanga, dan Muara Badak.

Menurut Sukirno, keberhasilan ini berawal dari kebutuhan masyarakat akan sistem pengeringan gabah yang efisien. Sebelumnya, petani harus menjemur gabah secara manual, yang sangat bergantung pada cuaca. Dengan hadirnya alat dryer dan Rice Milling Unit (RMU), proses produksi menjadi lebih cepat, higienis, dan konsisten. (25/08)

Proses produksi beras dilakukan dalam empat tahap selama empat hari :

  • Hari 1–2: Pengambilan gabah dari petani.
  • Hari 3: Pengeringan gabah menggunakan dryer berkapasitas 10 ton.
  • Hari 4: Penggilingan gabah dengan RMU berkapasitas satu ton per jam.

Setelah itu, beras dikemas dalam ukuran 3, 5, 10, dan 25 kilogram dengan merek “Beras Cap Tugu” dan langsung didistribusikan ke pasar modern. Bahkan, BUMDes telah membuka kios khusus untuk menjual produk ini secara langsung kepada konsumen lokal.

Langkah BUMDes Sumber Purnama ini tidak hanya meningkatkan pendapatan desa, tetapi juga memberdayakan petani secara berkelanjutan. Dengan sistem produksi yang terintegrasi dan pasar yang luas, Desa Loh Sumber kini menjadi pionir dalam pengembangan ekonomi berbasis pertanian modern.

“Dengan teknologi dan kerja sama antar desa, kami ingin menunjukkan bahwa desa bisa mandiri dan berdaya saing,” tutup Sukirno penuh semangat.

Beras Cap Tugu bukan sekadar produk pangan. Ia adalah simbol kebangkitan ekonomi desa yang berakar dari tanah, tumbuh dengan inovasi, dan siap bersaing di pasar global.  []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *