Mencari Jejak Kapal Pesiar Warmond
BULUNGAN – Di dasar perairan Sungai Kayan, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara, terdapat benda bersejarah bagi Kesultanan Bulungan. Benda itu adalah bangkai kapal pesiar Warmond yang karam akibat kerusakan sangat parah setelah dibom oleh pasukan udara tentara Australia. Agar bukti sejarah tak hilang, bangkai kapal yang sudah puluhan tahun tenggelam itu kini dicari dan akan diangkat.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulungan bersama keluarga Kesultanan Bulungan selama dua minggu ini, sejak Kamis (4/6) lalu, memulai pencarian bangkai kapal pesiar Warmond buatan Belanda tersebut. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bulungan Datu Jamlus menuturkan, pencarian memasuki tahap pendeteksian lokasi tenggelamnya kapal Warmond di seputaran Tanjung Palas Sungai Kayan, Kalimantan Utara.
“Survei lokasinya ditargetkan dua minggu. Mudah-mudahan titik lokasi tenggelamnya ditemukan. Soalnya keberadaan kapal sudah 90 tahun lebih,” ujarnya kepada awak media di pelabuhan VIP Tanjung Selor, Kamis (4/6/2015).
Upaya pencarian survei, pihaknya menggandeng tenaga sukarelawan dari Korea. Semua biaya operasional pencarian dan pengangkatan akan ditanggung oleh pihak Korea. “Keluarga kesultanan ada yang kenal dekat. Jadi mereka mau bantu-bantu,” tutur Jamlus.
Menurutnya, tujuan pencarian bangkai kapal Warmond lebih untuk mengangkat kembali fakta-fakta kerajaan yang penah eksis di bumi Bulungan. Pemkab Bulungan mendukung kegiatan tersebut, mengingat dari keluarga ahli waris Kesultanan Bulungan telah merestui. “Kapal sudah ditemukan akan diangkat ke daratan. Rencana akan di taruh di Tanjung Palas, di area komplek Museum Kesultanan Bulungan. Buat dijadikan potensi wisata sejarah daerah kita,” katanya.
Aktivitas pencarian lokasi tenggelamnya kapal dilakukan, persis di perairan Sungai Kayan depan daratan Tanjung Palas. Pencarian dengan menggunakan perahu bermotor kecil dan alat navigasi bawah sungai. Terlihat perahu hanya memutar-mutar mencari titik lokasi tenggelamnya perahu pesiar itu.
Saat pencarian Kamis itu, Pangian Siti Harna, istri kedua Sultan Al Makmun, sebagai raja Bulungan. Siti yang mengenakan jilbab mengatakan, keberadaan kapal Warmond memang ada. Kapal itu dipersembahkan oleh Ratu Belanda karena hubungan persahabatan yang saat itu kekuasaanya masih berada di ‘tangan’ Sultan Jalaludin, ayah dari Sultan Al Makmun. “Dahulu hubungan Bulungan dengan Belanda sangat dekat. Bulungan diberi hadiah oleh Ratu Belanda. Fungsi kapal untuk kegiatan wisata-wisata,” kata Siti yang kini tinggal di Tawau, Malaysia.
Berdasarkan sejarahnya, kapal Warmond dirancang oleh seorang arsitek perkapalan Belanda, H. S. de Vries, pada tahun 1939. Warmound memiliki ukuran panjang 28,50 meter dengan lebar lima meter. Sebagai kapal pesiar, Warmond bisa dikatakan sangat mewah untuk ukuran pada masa itu. Kontruksi kapal Warmound terbuat dari baja anti karat dengan ketebalan baja 5 hingga 7 milimeter.
Keluarga Kerajaan Bulungan Kalimantan Utara berencana akan mengangkat kembali bangkai kapal Warmond yang tenggelam di Sungai Kayan. Informasi yang dapat Kompas.com, pengangkatan kapal pesiar milik Kesultanan Bulungan tersebut akan dilaksanakan tahun ini.
“Semua sudah siap kok. Penyelamnya dari Korea Selatan, mereka semua bersertifikasi internasional. Donatur sudah siap, penyelam juga sudah siap. Dalam waktu dekat kita mau angkat kapal Warmond itu. Kan permohonan mereka sudah disetujui. Tinggal ijin dari pemerintah,” kata salah seorang sumber dari lingkungan kesultanan.
Kapal Warmond dirancang oleh seorang arsitek perkapalan Belanda, H. S. de Vries, pada tahun 1939. Warmound memiliki ukuran panjang 28,50 meter dengan lebar lima meter. Sebagai kapal pesiar, Warmond bisa dikatakan sangat mewah untuk ukuran pada masa itu. Kontruksi kapal Warmound terbuat dari baja anti karat dengan ketebalan baja 5 hingga 7 mm.
“Kapal ini dibuat di Belanda. Zaman dahulu kapal ini digunakan untuk urusan bisnis kesultanan. Sultan jaman dulu kan pebisnis, pedagang. Karena kita tahu kekuasaan Kesultanan Bulungan itu mencapai Malaysia hingga Sulu,” imbuh dia.
Sebelumnya, Bupati RA Bessing sempat berupaya mengangkat bangkai Warmond tersebut. Tujuannya adalah sebagai destinasi pariwisata di Kalimantan Timur. Namun, hingga masa jabatannya berakhir, pengangkatan tersebut belum bisa terealisasi.
“Banyak orang mengaitkan hal tersebut dengan mistik. Bahwa kapal tersebut ada penunggunya dan lain sebagainya. Kita nanti akan melakukan upacara ritual adat setempat agar dalam pengangkatan kali ini bisa berhasil,” kata sumber itu lagi.
Kini, dengan pengangkatan kapal Warmond, diharapkan sejarah keberadaan Kesultanan Bulungan yang pernah berjaya di era 1700 hingga 1900an tersebut menjadi kajian bagi generasi muda Kalimantan Utara. “Kalau diangkat, kapal ini akan menjadi suatu sejarah. Memang tidak memiliki arti ekonomi, tetapi memiliki arti sejarah yang luar biasa. Karena jaman dulu Kesultanan Bulungan merupakan kerajaan besar,” tegas dia.
KISAH TENGGELAMNYA
Pada tahun 1939 beberapa tahun sebelum pecah perang Fasifik yang berujung ekspansi tentara Jepang ke wilayah Kesultanan Bulungan, yaitu Pulau Tarakan pada 12 Januari 1942 yang juga memiliki andil didudukinya kota Tanjung selor dan Tanjung Palas pada 05 February 1942. Pada tahun 1945, saat Australia, negara sekutu Belanda berusaha menguasai jajahan Jepang, mengambil alih Tarakan.
Tarakan yang dikenal sebagai ladang minyak dan batu bara, hendak dikuasai para digger, tentara Australia dalam sebuah operasi yang bernama Operation Aboe. Malang bagi Kapal Pesiar Warmond saat dalam keadaan sitting duck mendapatkan serangan udara dari para digger. Pasukan Australia mengira, kapal itu adalah milik Jepang. Sebab ukurannya yang besar dan mewah.
Pasca ditembak, kapal pesiar itu sebenarnya belum tenggelam, tapi mengalami kerusakan sangat parah. Dalam itu, Warmond kemudian sempat di dok di pinggir Sungai Kayan. Namun saat di tarik menuju Tanjung Selor, kapal mewah yang badannya dilapisi besi anti karat itu tenggelam di tengah sungai akibat tali kawat yang menariknya putus. Agar kapal yang melintas di sungai tidak menabrak lokasi bangkai kapal ditengah sungai itu, maka sultan memasang rambu pengamanan, namun rambu pengaman itu hanyut dihantam kapal yang membawa kayu pada era kejayaan kayu log sekitar tahun 1980-an. [] TBK