Pelestarian Koleksi Naskah Syaikh Badri Institute oleh Disperpusip Jawa Timur
PROBOLINGGO-Nama KH. Badri Mashduqi menjadi sebuah lembaga, “Syaikh Badri Institute” atau disingkat “SBI” didirikan pada tahun 2016 di Pondok Pesantren Badridduja Kraksaan, Probolinggo, memiliki tugas dan fungsi, di antaranya, untuk menyimpan naskah-naskah penting terutama berupa karya pemikiran KH. Badri Mashduqi.
KH. Badri Mashduqi lahir di Prenduan, Sumenep, Madura, pada pada 1 Juni 1942. Ayahnya bernama, Kiai Mashduqi, yang dikenal sebagai wali Rijalul Ghaib. Sedang ibunya bernama Nyai Musarrah (Ny. Hj. Fatmah Mawardi), dikenal seorang pendidik, muqaddamah Tarekat Tijaniyah dan ahli serta penulis syiiran Madura.
KH. Badri Mashduqi memiliki kiprah dalam dunia pendidikan, di antaranya adalah perintis Pondok Pesantren Badridduja, Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur.
KH. Badri Mashduqi juga dikenal sebagai Muqaddam dan Khalifah Terkaya Rohaniah di Indonesia, yang dalam kopiah dakwahnya hingga luar negeri, Malaysia dan Singapura.
Pengalaman di Ormas (Organisasi Kemasyarakatan) Nahdlatul Ulama, dimulai menjadi pengurus (Wakil Ketua) IPNU (Ikatan Pelajar Nagdlatul Ulama) Cabang Kraksaan di masa awal, Ketua GP Ansor Cabang Kraksaan, Ketua Tanfidziyah NU Cabang Kraksaan, Rais Syuriyah NU Cabang Kraksaan, dan Pengurus Syuriyah PWNU Jawa Timur.
Sebagai upaya untuk menjaga agar kokeksi naskah atau karya pemikiran KH. Badri Mashduqi tersebut, pada hari Rabu (15/11/2023) dilaksanakan preservasi dan digitalisasi oleh Pustakawan dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jawa Timur, bertempat di ruang Perpustakaan Madrasah Aliyah (MA) Badridduja Kraksaan.
Tiga orang Pustakawan dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, Wahyu D Pramana , Muhammad Ansori, Prima Aji Nugraha dengan membawa 3 sacnner, 1 paket preservasi fisik manuskrip.
“Kami mengidentifikasi diperkirakan 30 naskah karena perlu verifikasi dari filolog. Kemudian nanti kami melakukan digitalisasi dan pembuatan kotak penyimpanan atau portepel,” ujar Wahyu, Pustakawan Disperpusip Jawa Timur.
“Proses Kamis setelah ini berdiskusi dengan tenaga ahli filolog untuk cek dan ricek status kategori naskahnya, maaf karena kami masih menemukan beberapa yang tercampur dengan tulisan yang usianya masih tergolong baru. Prosesnya adalah nanti kami mencoba mendaftarkan naskahnya ke Perpusnas. Supaya terdaftar di database perpusnas dan supaya mendapat sertifikat kepemilikan,” harap Wahyu, menambahkan.
Saifullah selaku Ketua Syaikh Badri Institute (SBI) berharap, agar dengan preservasi digital, adanya koleksi naskah yang ada lebih terjaga dengan baik dan lebih mudah penggunaannya.
“Diharapkan dengan dilakukan preservasi digital naskah koleksi Syaikh Badri Institute lebih terjaga dengan baik dan mudah dalam penggunaannya,” ujar Saifullah, Ketua Syaikh Badri Institute atau SBI.
“Koleksi naskah yang ada dalam sebuah perpustakaan Syaikh Badri Institute diharapkan untuk tetap terlestarikan dan terjaga guna menjaga agar kualitas isi informasi yang dikandung dalam koleksi tersebut tetap dapat digunakan oleh generasi-generasi yang akan datang,” ungkap Saifullah, yang juga sebagai Ketua GPMB (Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca) Kabupaten Probolinggo periode 2021-2025. (ADL&SIP)