Pesta Adat Kutai 2015 Resmi Dimulai

KUTAI KARTANEGARA – Selama hampir dua pekan, dari tanggal 3 hingga 15 Juni ini, pesta adat bangsa Kutai yang sering dikenal dengan sebutan Erau digelar. Dan pada Minggu (7/6) pagi tadi, Erau yang dirangkai dengan festival seni rakyat Internasional (International Folk Art Festival), resmi dimulai dengan ritual adat mendirikan ayu.

Pihak Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura yang menggelar upacara adat tersebut di ruang setinggil Keraton Kutai Kartanegara atau Museum Mulawarman, Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim).

Diiringi bunyi gamelan yang mengalun syahdu, prosesi Mendirikan Ayu yang dipimpin langsung oleh Sultan Kutai H Adji Mohd Salehoeddin II ini berjalan tertib dan khidmat. Dalam upacara adat ini, Sultan Kutai HAM Salehoeddin II terlebih dahulu melakukan ritual tepong tawar dengan menabur beras kuning di depan Ayu.

Ayu sendiri terbentuk dari sebuah tombak bernama Sangkoh Piatu yang merupakan senjata dari Raja Kutai Kartanegara pertama, Aji Batara Agung Dewa Sakti. Pada ujung tombak tersebut diikatkan janur kuning, daun sirih dan buah pinang yang dibungkus kain kuning, kemudian ada pula Tali Juwita dan Tali Cinde. Tali Juwita yang terdiri dari 3 utas menyimbolkan berbagai lapisan masyarakat, sedangkan tali Cinde menyimbolkan keluarga Sultan Kutai.

Menurut Menteri Sekretaris Keraton Kesultanan Kutai, HAP Gondo Prawiro, upacara adat Mendirikan Ayu merupakan sebuah simbolisasi dari upaya untuk mencapai atau mendirikan kerahayuan, yakni keselamatan atau ketentraman. “Dengan telah berdirinya Ayu di Keraton, maka pesta adat Erau secara resmi telah dimulai,” ujarnya.

Ada 5 orang yang terlibat untuk Mendirikan Ayu tersebut, di antaranya adalah Putra Mahkota Kesultanan Kutai HAP Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat, Ketua DPRD Kukar Salehuddin dan suami Bupati Kukar, Endri Elfran Syafril.

Usai mendirikan tiang ayu pembukaan international folk arts festival III dalam rangka erau adat Kutai tahun 2015 digelar di Stadion Rondong Demang. Yang didaulat membuka acara tersebut adalah Esti Retno Astuti, Direktur Jenderal (Dirjen) Pemasaran, Pengembangan, Pariwisata Nusantara, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Sejumlah pejabat di Kukar dan Kaltim tampak hadir, tak terkecuali Gubernur Awang Faroek Ishak. Bahkan Harry Azhar Azis, Ketua Badan Periksa Keuangan (BPK) RI juga tampak hadir. Esti Retno sempat menyinggung kehadirannya. “Saya sempat heran, mengapa Ketua BPK hadir di acara ini? Ternyata Kukar telah tiga kali dapat WTP (opini wajar tanpa pengecualian atas pengelolaan keuangan daerah, red),” kata Esti saat memberikan sambutan.

Esti mengatakan, bahwa Kukar menjadi salah satu tujuan wisata nasional. Dari data yang ada, pada 2014 lalu jumlah kunjungan wisata mancanegara di Kukar mencapai angka 6 ribuan, sementara untuk wisata nusantara mencapai 1,1 juta wisatawan. “Ini menunjukkan bahwa Kukar sebagai daerah yang menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Kaltim, sebab kunjungan wisata mancanegara dan nusantara itu hampir 50 persen untuk lingkup Kaltim,” katanya.

Kedepan, dengan ikon Erau Adat Kutai yang sudah menjadi agenda tahunan, jumlah kunjungan wisata mancanegara dan nusantara akan bertambah banyak. “Tahun lalu hanya 11 negara yang berpartisipasi dalam ajang Erau, tahun ini meningkat menjadi 14 negara. Saya harapkan tahun depan bertambah menjadi 20 negara,” ujarnya.

Sementara Rita Widyasari, dalam sambutannya menyampaikan ucapan selamat datang kepada peserta EIFAF, baik dari dalam negeri maupun dari manca negara, dan mengajak semuanya untuk melestarikan budaya. “Melalui kegiatan Erau Adat Kutai Internasional Folk Art Festival, kita lestarikan budaya daerah dan sikap saling menghormati budaya antar bangsa,” ujar Rita.

Selain itu, di hadapan tamu-tamu kehormatan dari Kaltim seperti Gubernur, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), pejabat Tentara Nasional Indonesia (TNI), pejabat kepolisian, serta tamu dari luar daerah seperti Harry Azhar Azis, Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, Rita berharap Erau ini akan menjadi agenda pemerintah daerah dan nasional sebagai komitmen untuk melestarikan budaya agar dikenal anak cucu dan masyarakat global, serta memajukan pariwisata berbasis budaya.

Penyelenggaraan Erau Adat Kutai Internasional Folk Art Festival tidak lepas dari kerja sama dengan CIOFF (International Council of Organizations of Folklore Festivals and Folk), sebuah organisasi budaya internasional, ujar Rita. Ia menyinggung kilas balik kegiatan Erau yang diselenggarakan pada zaman kerajaan, yang diselanggarakan jika ada penobatan raja atau pemberian gelar kehormatan kepada orang-orang yang benar-benar berjazah kepada kerajaan. Erau diselenggarakan oleh kerabat kerajaan.

Selain untuk melestarikan kebudayaan Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, perayaan Erau juga diharapkan menjadi ajang promosi potensi Kutai Kartanegara yang ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Kutai Kartanegara, demikian dijelaskannya. “Intinya, Erau pada prinsipnya adalah sebuah bentuk manifestasi rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala anugerahNya yang telah diberikan kepada Kutai Kartanegara,” kata Rita. []

JADWAL ERAU