Sanjungan Cornelis Buat Oso Ketika Hadiri Cap Go Meh 2016

Wakil Ketua MPR RI Dr. H.Oesman Sapta Odang bersama Drs. Cornelis, MH Gubernur Kalbar
Wakil Ketua MPR RI Dr. H.Oesman Sapta Odang bersama Drs. Cornelis, MH Gubernur Kalbar

PONTIANAK – Kota Pontianak, Kalimantan Barat berbeda dari hari biasanya pada Senin (22/2). Ribuan warga Tionghoa tumpah ruah berada di pusat kota untuk merayakan Cap Go Meh 2016.

Ada hal yang berbeda pada Cap Go Meh 2016 kali ini, itu dikarenakan kehadiran tokoh nasional yang asal Sukadana Oesman Sapta Odang atau Oso. Bahkan sang Wakil Ketua MPR RI ini datang lebih dulu bersama Wali Kota Pontinanak Sutarmiji ketimbang Gubernur Kalbar Drs. Cornelis, MH.

Namun taak lama selang beberapa menit, Cornelis pun tiba didampingi istrinya. Keduanya langsung naik ke podium bersama Oso, Wali Kota, dan jajaran pejabat muspida. Tak basa-basi, Cornelis langsung memberi sambutan.

“Pak Oso, manusia langka dari Sukadan (Kalbarputera daerah Kalbar. Dua kali menjabat wakil ketua MPR, hebat dia, bisa menjabat di kelas nasional, bukan kelas kampung,” ujar Cornelis, Senin (22/2) seraya mengawali sambutannya.

Dirinya mengimbau warga Pontinak agar bersyukur. Karena berkat kerukunan dan hidup berdampingan antar etnis, perayaan Cap Go Meh berlangsung meriah.

“Kita harus bersuykur kepada Tuhan karena bisa hidup rukun, di tengah-tengah bermacam-macam etnis. Itu sebagai warga kita harus wajib mensyukuri itu,” ujar dia.

Dalam kesempatan ini, Cornelis juga memberikan sumbangan Rp 300 juta kepada warga Tionghoa. Diharapkan sumbangan ini bisa meningkatkan perayaan ini lebih baik lagi ke depan, agar menarik wisatawan.

“Kita sumbang ini supaya nanti wisatawan asing bisa masuk ke Pontinanak. Kalau wisawatan masuk, esnya laku, hotelnya laku, kwitaunya laku. Kalau semua laku, pajak buat walikota bisa tambah. Sehingga kalau ada krisis ekonomi, kita pada beli mobil,” tutup Cornelis.

Oso mengatakan, Imlek sebagai sebuah kebudayaan yang sarat nilai-nilai religi yang pernah dilarang untuk diperingati. Namun seiring berkembangnya kehidupan demokrasi, pelarangan itu sudah tidak berlaku lagi.

“Sejak 2000 Presiden Gus Dur telah mencabut Inpres Nomor 14 tahun 1967 dan membebaskan warga Tionghoa memperingati tahun barunya,” tandas Oso.(Rachmat Effendi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *