Serangan Brutal Israel di Jabalia

JAKARTA – Serangan udara terbaru yang dilancarkan Israel ke wilayah Gaza Utara kembali memicu krisis kemanusiaan. Sebanyak 53 warga Palestina dilaporkan meninggal dunia usai rudal menghantam kantor polisi di Jabalia, Kamis (24/04/2025) waktu setempat.
Serangan itu terjadi hanya beberapa saat setelah militer Israel menginstruksikan evakuasi terhadap warga sipil di dua wilayah Gaza Utara, yakni Beit Hanoun dan Sheikh Zayed. Dua rudal yang diluncurkan menghantam kantor polisi yang terletak di dekat pasar, menewaskan sedikitnya 10 orang di lokasi dan melukai puluhan lainnya.
Pasukan Israel mengklaim bahwa serangan tersebut menargetkan markas komando milik Hamas dan kelompok Jihad Islam yang disebut digunakan untuk merencanakan aksi militer terhadap pasukan Israel. “Jika kami tidak melihat kemajuan dalam pengembalian sandera dalam waktu dekat, kami akan memperluas kegiatan kami ke operasi yang lebih besar dan lebih signifikan,” ujar Panglima Militer Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, saat meninjau pasukannya di Gaza, sebagaimana dikutip AFP.
Namun, dalih tersebut dibantah oleh Hamas dan faksi-faksi lain yang menegaskan bahwa Israel kembali menggunakan narasi lama untuk membenarkan serangan terhadap fasilitas umum dan permukiman sipil.
Sementara itu, otoritas kesehatan Palestina mencatat korban tewas akibat serangan Israel di seluruh Gaza mencapai 53 jiwa dalam satu hari, dengan 34 di antaranya merupakan warga sipil dari lokasi lain di Gaza Utara.
Situasi kemanusiaan semakin memburuk seiring hancurnya sistem layanan kesehatan di Gaza. Warga yang berada di lokasi pengeboman mengaku mengikuti perintah evakuasi dari wilayah sebelumnya, namun justru menjadi sasaran serangan saat bermalam di tempat-tempat pengungsian.
PBB menyampaikan kekhawatirannya terkait dampak dari perintah evakuasi massal tersebut. Lembaga itu menyebut perpindahan terus-menerus yang terjadi dapat digolongkan sebagai bentuk “pemindahan paksa”, terutama karena area aman kian menyempit. Diperkirakan sebagian besar dari 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi sedikitnya satu kali sejak pecahnya konflik pada 7 Oktober 2023.
Militer Israel melalui juru bicara berbahasa Arab, Avichay Adraee, mengumumkan perintah evakuasi terbaru lewat platform X. “Kepada semua warga sipil Jalur Gaza yang tinggal di wilayah Beit Hanoun dan Sheikh Zayed, ini adalah peringatan awal dan terakhir… Segera bergerak ke arah barat menuju Kota Gaza!” ujarnya.
Israel beralasan tindakan militer tersebut diambil karena adanya aktivitas kelompok teroris dan serangan sniper terhadap pasukannya di wilayah itu. “IDF beroperasi secara intensif di wilayah tersebut, setiap lokasi tempat aktivitas teroris dilakukan akan diserang,” kata Adraee.
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang berakhir pada 18 Maret lalu telah diikuti oleh peningkatan intensitas serangan udara Israel. Sejak saat itu, lebih dari 1.900 warga Palestina dilaporkan tewas, mayoritas merupakan warga sipil. Ratusan ribu lainnya harus kembali mengungsi.
Di sisi lain, gelombang protes di Israel pun terus membesar. Banyak keluarga sandera dan ribuan warga menuntut pemerintah agar lebih memprioritaskan negosiasi pembebasan sandera dibanding melanjutkan serangan yang memicu jatuhnya korban sipil. []
Diyan Febriana Citra.