Sri Puji Astuti Apresiasi dan Soroti Capaian Stunting Samarinda

ADVERTORIAL – Upaya Pemerintah Kota Samarinda dalam menekan angka stunting mendapatkan apresiasi dari Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat, Sri Puji Astuti. Meski demikian, ia menyoroti bahwa capaian tersebut masih berada di atas rata-rata target nasional, sehingga memerlukan pendekatan yang lebih komprehensif dan menyentuh akar permasalahan.
Berdasarkan data terbaru, prevalensi stunting di Kota Samarinda tercatat sebesar 20,9 persen. Angka ini memang menunjukkan tren penurunan yang menggembirakan, namun masih berada di atas target pemerintah pusat sebesar 14 persen dan bahkan sedikit melampaui target kota yang ditetapkan pada angka 20 persen.
“Target nasional 14 persen tapi kalau Samarinda masih 21 persen lebih tepatnya 20,9 persen tapi kan targetnya 20 persen,” ujarnya saat ditemui di Kantor DPRD Kota Samarinda, Jumat (22/08/2025) sore.
Sri Puji mengakui bahwa berbagai intervensi spesifik yang telah dilakukan pemerintah memberikan dampak positif. Program-program seperti pemantauan rutin lewat penimbangan anak, peningkatan frekuensi kunjungan ke Posyandu, pemberian makanan tambahan (PMT) bagi ibu hamil, serta distribusi tablet penambah darah untuk remaja putri dinilai cukup efektif.
“Jadi kita masih masih tersisa tapi ini penurunan signifikan, maksudnya dari intervensi yang dilakukan oleh pemerintah, baik itu tentang penimbangan anak-anak, kedatangan ke Posyandu atau intervensi ke pemberian PMT pada ibu hamil, dan pemberian tablet penambah darah untuk remaja putri, saya kira itu juga berhasil ya, memang,” katanya.
Namun, politisi ini menekankan bahwa pendekatan kesehatan saja tidak cukup. Menurutnya, intervensi sensitif yang menyangkut perubahan perilaku dan budaya masyarakat justru menjadi kunci keberhasilan program penurunan stunting.
“Tetapi itu perlu kerja keras, karena intervensi untuk stunting itu kan bukan hanya intervensi yang hanya untuk kesehatannya, tapi intervensi yang sensitif,” jelasnya.
Sri Puji memberikan contoh konkret mengenai berbagai tantangan yang dihadapi, mulai dari sanitasi lingkungan, ketersediaan air bersih, hingga pola hidup tidak sehat yang masih banyak ditemui. Ia menyayangkan masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah.
“Karena masyarakat masih abai kok tentang sampah, kebersihan air minum, di sana hidup sana mati, lalu rokok di mana-mana, bahkan di tempat lingkungan yang kawasan tanpa rokok pun orang merokok ini umumnya,” ungkapnya.
Terkait hal ini, Sri Puji secara khusus menyoroti budaya merokok yang masih banyak dilakukan di ruang keluarga, bahkan di depan ibu hamil dan anak-anak. Perilaku ini, menurutnya, merupakan salah satu faktor penghambat signifikan yang sering kali diabaikan.
“Lalu, di rumah seperti apa orang tua ini merokok di depan ibu hamil, di depan anak-anak bayi, ini kan salah satu sebenarnya budaya-budaya yang sebenarnya menghambat upaya pemerintah untuk menurunkan stunting,” pungkasnya.
Dengan demikian, diperlukan sinergi yang lebih kuat antara program pemerintah dan perubahan perilaku masyarakat untuk mencapai target penurunan stunting yang diharapkan.[]
Penulis: Selamet | Penyunting: Aulia Setyaningrum