UKM Center Dua Tahun Vakum

UKM Center NunukanNUNUKAN – Pusat Usaha Kecil Menengah atau UKM Center Nunukan yang diresmikan di Nunukan pada 2012 silam ternyata tak berjalan sama sekali dan terkesan vakum hingga sekarang. Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Forum Kabupaten Sehat (Forkahat) Nunukan, Ramsidah, belum lama ini. Ia menilai, UKM Center tidak terlalu berguna untuk memasarkan hasil usaha kecil dan menengah warga Nunukan. Karena, hampir berapa tahun diresmikan tidak ada aktivitas yang berarti di pusat oleh-oleh Nunukan itu.

Ia berkata, untuk menarik lebih banyak perhatian masyarakat maupun tamu dari luar daerah yang datang ke Nunukan mengunjungi UKM Center, lokasi UKM Center harus berada di daerah yang cukup strategis.

Supaya, tempat pemasaran kerajinan tangan lokal khususnya produk tangan Suku Dayak dari Kecamatan Sebuku, Sembakung dan Kecamatan Krayan mendapat tanggapan yang baik.

Usaha rintisan Dinas Per-industrian, Perdagangan, Ko-perasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Dis-perindagkop dan UMKM) Nunukan se-harusnya menjadi incaran para tamu luar negeri.

Karena, kerajinan tangan Suku Dayak yang dipasarkan di UKM Center berupa “sawung” atau topi hias dinding, bakul tempat nasi, tikar yang terbuat dari rotan. Kemudian pula topi cowboy yang terbuat dari kulit kayu, mandau, ikan kering dari berbagai jenis ikan, kue-kue kering, kerupuk dan sejumlah souvenir lainnya.

Forkahat menilai, keberadaan UKM Center di Jalan TVRI, bukanlah tempat yang ‘cocok’ untuk mempromosikan hasil kerajinan tangan masyarakat setempat. Karena, masih banyak mas-yarakat di Nunukan tidak mengetahui keberadaannya.

“Sejumlah warga belum mengetahui UKM Center di Jalan TVRI, karena lokasinya yang kurang strategis,” kata Ramsidah saat mengadakan Rapat Forum di Sekretariat Forkahat di Nunukan be-berapa hari lalu.

Karena itu, Forkahat melalui Bidang Ekonomi akan ber-upaya, agar hasil kerajinan dan industri rumah tangga di Nunukan tidak hanya tertampung di UKM Center tersebut.

“Saat ini, kita sedang mencari cara, agar UKM Center di Nunukan ini tidak “mati suri”. Jangan sampai, pengunjung yang datang dari luar mengira Nunukan ini tidak punya kerajinan tangan,” ungkapnya.

Salah satu penyebab UKM Center Nunukan ini “mati suri”, karena kelompok home industri industri di Nunukan menjual hasil produksi mereka di luar UKM Center.

“Kita akan bekerja sama dengan Disperindagkop dan UMKM Nunukan, mengumpulkan kelompok home industri, dan memberi pemahaman kepada mereka,” ujarnya.

Selain itu, Forkahat Nunukan juga merencanakan untuk bekerja sama dengan pihak perusahaan Pelindo atau PT Pelni, supaya memberi kebebasan menjual hasil produksi home industri Nunukan. Hal ini bertujuan supaya hasil produk Nunukan dapat dirasakan orang luar.

“Kita akan meminta izin dulu kepada pihak terkait. Karena dari pihak kita, kita ingin menitipkan hasil produksi olahan yang sudah dibuat oleh kelompok home industri di atas kapal. Tapi kita berharap, UKM Center Nunukan ada di atas kapal Pelni atau di dalam Pelabuhan Tunon Taka,” tutupnya. [] RedHP/KK