Evakuasi Pendaki Asal Brasil di Gunung Rinjani Terkendala Cuaca dan Medan Ekstrem

LOMBOK TIMUR – Proses evakuasi terhadap pendaki asal Brasil berinisial JDSP (27), yang terjatuh di sekitar Cemara Nunggal, jalur pendakian menuju puncak Gunung Rinjani, masih terus berlangsung hingga Selasa (24/6/2025). Evakuasi mengalami berbagai hambatan akibat medan ekstrem dan kondisi cuaca yang tidak bersahabat.
JDSP dilaporkan terjatuh pada Sabtu (21/6) sekitar pukul 14.32 WITA. Tim pendahulu dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) segera dikerahkan ke lokasi dan mulai melakukan pemasangan tali evakuasi. Namun hingga pukul 16.00 WITA, korban dilaporkan semakin terperosok, sementara panjang tali sepanjang 300 meter belum mampu menjangkau titik keberadaan korban.
“Pukul 20.00 WITA, tim telah turun hingga 300 meter namun belum berhasil menjangkau korban. Mereka memanggil korban, namun tidak ada respons sama sekali,” ujar Kepala BTNGR, Yarman Wasur, Senin (23/6/2025).
Salah satu personel penyelamat bahkan harus bermalam di kedalaman 200 meter menggunakan metode flying camp karena keterbatasan waktu dan akses.
Pencarian dilanjutkan pada Minggu (22/6/2025) dengan menggabungkan metode manual dan teknologi drone thermal. Tim SAR melakukan penyambungan tali dan pemantauan visual menggunakan drone, namun terkendala oleh kabut tebal dan cuaca basah.
“Informasi dari drone menunjukkan korban tidak lagi berada di titik sebelumnya. Kondisi ini menyulitkan pemantauan lanjutan,” jelas Yarman.
Hingga Senin (23/6/2025) pagi sekitar pukul 06.30 WITA, tim kembali memperoleh visual korban menggunakan drone. Korban terlihat dalam posisi tersangkut di tebing batu pada kedalaman kurang lebih 500 meter dan secara visual tidak menunjukkan pergerakan.
Dua personel rescue kemudian diturunkan untuk melakukan pengecekan dan menjangkau titik pembuatan anchor kedua pada kedalaman 350 meter. Namun upaya ini terhambat oleh dua overhang besar, yang membuat pemasangan penambat menjadi tidak memungkinkan.
“Tim harus melakukan teknik climbing untuk menjangkau korban, namun cuaca yang terus berubah dan kabut tebal meningkatkan risiko. Demi keselamatan, tim sementara ditarik mundur ke titik aman,” imbuh Yarman.
Pada pukul 14.30 WITA, Gubernur Nusa Tenggara Barat menggelar rapat koordinasi bersama tim SAR gabungan. Dalam arahannya, Gubernur mendorong percepatan evakuasi dengan mempertimbangkan penggunaan helikopter, mengingat pentingnya waktu kritis 72 jam atau golden time dalam penyelamatan korban di alam bebas.
Kepala Kantor Basarnas Mataram, Muhamad Hariyadi, menyebut bahwa secara teknis evakuasi udara menggunakan helikopter memungkinkan dilakukan. Namun demikian, spesifikasi helikopter yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi medan dan arah angin di sekitar lokasi jatuhnya korban.
Hingga kini, proses pencarian dan evakuasi terhadap JDSP masih terus diupayakan oleh tim SAR gabungan, dengan mengedepankan aspek keselamatan dan efektivitas operasi di medan ekstrem. []
Nur Quratul Nabila A