Optimisme Trump di Tengah Rumitnya Perundingan Rusia–Ukraina

WASHINGTON DC – Upaya diplomasi untuk mengakhiri perang Rusia–Ukraina kembali menguat setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa kedua negara kini berada pada titik terdekat menuju kesepakatan damai. Pernyataan tersebut disampaikan Trump usai pertemuannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di resor Mar-a-Lago, Florida, pada Minggu (28/12/2025).

Meski menyampaikan optimisme, Trump secara terbuka mengakui bahwa jalan menuju perdamaian masih penuh risiko. Menurutnya, kompleksitas perundingan bisa saja memicu kebuntuan yang membuat konflik bersenjata berlarut-larut selama bertahun-tahun ke depan.

Optimisme Trump muncul setelah rangkaian diplomasi intensif yang melibatkan Rusia dan Ukraina. Sebelum bertemu Zelenskyy, Trump lebih dulu melakukan percakapan telepon selama sekitar dua setengah jam dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Trump menggambarkan komunikasi tersebut sebagai pembicaraan yang berjalan positif dan konstruktif.

Trump menyebut percakapannya dengan Putin sebagai “sangat baik” dan mengatakan ia masih percaya bahwa pemimpin Rusia tersebut memiliki keinginan untuk mengakhiri perang. Hal itu disampaikan meskipun Rusia kembali melancarkan serangan ke Kyiv pada waktu yang hampir bersamaan dengan keberangkatan Zelenskyy ke Amerika Serikat.

“Rusia ingin melihat Ukraina berhasil,” kata Trump dalam konferensi pers pada Minggu (18/12/2025) sore setelah pertemuannya dengan Zelenskyy. Dalam kesempatan itu, Trump juga beberapa kali memuji Zelenskyy sebagai sosok pemimpin yang “berani” di tengah situasi perang yang berkepanjangan.

Zelenskyy, yang hadir bersama Trump, menyampaikan sikap Ukraina yang disebutnya terbuka terhadap perdamaian.
“Ukraina siap untuk perdamaian,” katanya.

Di balik pernyataan optimistis tersebut, kedua pemimpin sepakat bahwa masih terdapat isu-isu krusial yang belum menemukan titik temu. Salah satu yang paling sensitif adalah status wilayah Ukraina yang saat ini diduduki Rusia, terutama kawasan Donbas di Ukraina timur.

“Itu isu yang sangat sulit, tetapi saya pikir akan bisa diselesaikan,” kata Trump, menyoroti rumitnya pembahasan wilayah tersebut.

Zelenskyy menegaskan bahwa posisi Kyiv berbeda secara fundamental dengan Moskow terkait masa depan Donbas.
“Sikap kami sangat jelas. Itulah mengapa Presiden Trump mengatakan ini adalah pertanyaan yang sangat sulit dan, tentu saja, kami memiliki posisi yang berbeda dengan Rusia mengenai hal itu,” ujar Zelenskyy.

Selain persoalan wilayah, bentuk jaminan keamanan bagi Ukraina juga menjadi topik utama perundingan. Kyiv menuntut kepastian agar negaranya tidak kembali diserang di masa depan, sementara Rusia menolak kehadiran NATO atau pasukan Barat di wilayah Ukraina.

Trump tetap menyatakan keyakinannya bahwa Putin “sangat serius” ingin mengakhiri konflik, meskipun pertempuran masih terus terjadi.
“Saya percaya Ukraina juga telah melakukan beberapa serangan yang sangat kuat,” kata Trump, merujuk pada dinamika militer yang berjalan bersamaan dengan diplomasi.

Namun demikian, Trump tidak menutup kemungkinan kegagalan perundingan.
“Dalam beberapa minggu, kita akan tahu hasilnya, satu atau lain cara. Bisa saja ada satu isu besar yang tidak terpikirkan sebelumnya dan menghancurkan semuanya. Ini adalah negosiasi yang sangat sulit dan sangat rinci,” ujarnya.

Di saat upaya diplomasi semakin intens, pertempuran di lapangan masih terus berlangsung. Rusia kembali menyerang sejumlah wilayah Ukraina, sementara Ukraina juga melancarkan serangan balasan. Trump menilai situasi tersebut mencerminkan realitas perundingan konflik berskala besar, di mana tekanan militer sering kali berjalan beriringan dengan negosiasi politik.

Trump juga mengungkapkan rencananya untuk kembali berkomunikasi dengan Putin setelah pertemuannya dengan Zelenskyy. Dari pihak Rusia, penasihat kebijakan luar negeri Kremlin Yuri Ushakov menyebut panggilan Trump–Putin berlangsung “bersahabat, penuh niat baik, dan bernuansa bisnis”.

Menurut Ushakov, kedua pemimpin sepakat untuk melanjutkan komunikasi “dalam waktu dekat”, sembari menekankan perlunya “keputusan politik yang berani dan bertanggung jawab dari Kyiv” terkait Donbas agar tercapai “penghentian total permusuhan”.

Trump dan Zelenskyy juga menjalin komunikasi dengan para pemimpin Eropa, termasuk Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan para pemimpin Finlandia, Prancis, Jerman, Inggris, serta Polandia. Zelenskyy menyebut Trump bersedia kembali menjamu para pemimpin Eropa pada Januari mendatang, baik di Washington maupun lokasi lain.

Meski terdapat sinyal kemajuan, Trump menegaskan bahwa hasil akhir belum dapat dipastikan. Menurutnya, dunia akan segera mengetahui apakah momentum diplomasi ini benar-benar mampu mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir empat tahun. []

Siti Sholehah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *