ISPA, Diare, dan Demam Berdarah Mengancam Warga
Hingga pertengahan Juni ini, perubahan cuaca masih sering terjadi. Terkadang panas kemudian hujan secara tiba-tiba atau sebaliknya. Tidak hanya berimbas pada lingkungan, tapi dapat menguntungkan bagi sebagian bakteri dan virus.
CUACA yang tak menentu, terkadang membuat virus mampu berkembang pesat, yang kemudian masuk ke dalam tubuh manusia. Akhirnya berujung dengan beragam teror penyakit. Farah Alkatiri, dokter umum Rumah Sakit Pertamina Balikpapan ini menyebut, ada tiga penyakit yang kian berkembang di Balikpapan. Yakni, Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), diare, dan demam berdarah.
Ketiganya merupakan dampak dari perubahan cuaca yang tidak menentu. “Penularan tidak terjadi secara langsung. Tetapi, berawal pada kuman dan bakteri,” ucapnya. Jika cuaca sedang panas, kata dia, sumber air bersih semakin minim. Hingga membuat nyamuk berlomba menempatkan telur dan larva di tempat-tempat air bersih, seperti bak kamar mandi, penampungan air terbuka.
Menurutnya, dengan berkurangnya air bersih, penderita diare semakin bertambah. Sebab meminum air yang mengandung patogen atau sumber bakteri mengganggu sistem pencernaan. Ditambah udara bersih kian berkurang sebab polusi udara merajalela. “Jumlah penderita ISPA pun kian bertambah,” jelasnya. Tiga penyakit ini dapat terjadi pada siapa pun, tanpa terkecuali. Ini yang ditakutkan Farah.
Penyakit-penyakit tersebut perlahan-lahan menyerang manusia terutama anak-anak. Karena, anak paling rawan dan masih rendah sadar akan kebersihan. Disebabkan penyakit tersebut masuk secara oral. Bagian paling dituju ialah tangan si anak, maupun orang berusia lanjut sebab daya tahan tubuhnya semakin berkurang, berbeda dengan yang masih berada pada usia produktif.
“Tidak hanya faktor lingkungan, perkembangan penyakit juga bisa dipengaruhi kebersihan. Misalkan, makanan yang dikonsumsi telah terpapar bakteri dan kuman. Bisa jadi, karena tangan tidak bersih atau bahan yang dipergunakan tidak steril,” jelasnya. Ia mengatakan, sebenarnya manusia dapat beradaptasi dengan perubahan cuaca. Wajarnya, manusia mampu beradaptasi di suhu 18 hingga 35 derajat celsius.
Tetapi, pada patogen dan vektor transisi penularan penyakit turut berubah. Meski kuman memiliki masa hidup berbeda, dan sebagian mampu bertahan dalam suhu yang tinggi. Dirinya memberikan contoh berbeda, seperti suhu panas berlebihan seperti di Arab Saudi. “Ketika menunaikan ibadah umrah dan haji, tubuh terpapar sinar matahari secara terus-menerus. Para jamaah bisa saja terkena penyakit kulit, gangguan pernapasan, heat stroke, dan dehidrasi,” terangnya. [] RedFj/KP