Aneh! Malam Dilaporkan Hilang, Esoknya MT Namse Bangdzod Terdeteksi Berlayar


Keberadaan Mother Tanker (MT) Namse Bangdzod menjadi misteri. Pasalnya, kapal tanker berkapasitas jumbo berbendera yang mengangkut minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) dari Sampit, Kalimantan Tengah ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta itu dilaporkan hilang kontak pada 28 Desember 2018.

Minggu malam (6/1/2019), pihak Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Sampit baru mendeklarasikan hilangnya tanker berbendera Indonesia tersebut. Anehnya, Senin sore (7/1/2019) pukul 13.16 Waktu Indonesia Barat (WIB), sistem identifikasi otomatis tanker tersebut terdeteksi berada di Teluk Jakarta.

MT Namse Bangdzod yang dioperasikan PT Surabaya Shipping Lines yang berkantor pusat di Surabaya itu berisikan  1 nahkoda dan 11 anak buah kapal (ABK).  MT Namse Bangdzod dilaporkan berlayar pada 27 Desember 2018 lalu. Seharusnya, kapal itu tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada 31 Desember.

”Satu hari saat berlayar, kapal sudah mulai hilang kontak,” kata Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Sampit Thomas Chandra melalui Kepala Seksi Keselamatan Berlayar Penjagaan dan Patroli, Baslan Damang kepada awak media Radar Sampit, Minggu (6/1) malam.

Sejak hilang kontak, pencarian mulai dilakukan Direktorat Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP), Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas), KSOP Sampit, dan KSOP Tanjung Priok. Tim tersebut menyisir laut mulai dari Muara Angke – area Labuh Jangkar Buoy Barat, Perairan Karawang – area Labuh Jangkar Buoy Timur, perairan Selat Bangka – Pulau Seribu, sampai Perairan Pantura. “Posisi terkahir kapal itu berada di Perairan Ujung Karawang, dari arah Sampit menuju Pelabuhan Tanjung Priok,” ujarnya.

Belum diketahui pasti penyebab hilangnya kapal MT Namse Bangdzod itu. Kapal tersebut dinakhodai M Asdar Wijaya. Sebelas ABK lainnya, yakni Yanuardin Mendrofa, Husni Mubarak, Andi Tasyriq, Satria Idam Sulistio, Bambang Mulyono, Agustinur Piter, A Asrun Suriansa, Dahar, Wardani, Ardiyanto, dan Dwi Wahyu Sabtono.

Sementara Marine Traffic mendeteksi kapal tersebut berada di Teluk Jakarta sejak Minggu (6/1/2018). Marine Traffic mendeteksi tanker tersebut berdasarkan sinyal Automatic Identification System (AIS) atau sistem pelacakan otomatis. Terakhir tanker tersebut terdeteksi di koordinat -5.995725° / 106.9057° dari sumber AIS 4117 JZ10QAO Bekasi dengan kecepatan layar 9.7 knot ke arah 222°. Anehnya lagi, tujuan berlayar kapal dengan berat mati 1950 ton itu adalah Gresik.

Dikonfirmasi secara terpisah, pihak Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) telah mengerahkan kapal patroli KNP 348 untuk menyisir area Tanjung Kerawang Bekasi, Marunda, hingga Buoy Timur. Tak hanya itu, kapal patroli KNP Alugara P 114 juga dikerahkan untuk menyisir Selat Bangka, Pulau Seribu, hingga Ekanuri.

“Namun keberadaan kapal tersebut masih belum diketahui,” kata Direktur KPLP Junaidi dalam keterangannya.

Junaidi menjelaskan, pihaknya juga meminta bantuan kepada Disnav Tanjung Priok dan Semarang untuk memantau pergerakan kapal Namse Bangdzhod. Pihaknya juga telah meminta kepada RIB SAR untuk menyisir area Muara Angke hingga area labuh jangkar Buoy Barat, namun hasilnya masih nihil

“Kapal-kapal patroli PLP Tanjung Priok sudah meminta bantuan Disnav Tanjung Priok dan Semarang untuk ikut memantau gerak kapal melalui Vessel Traffic Services (VTS) dan SROP sepanjang pantai utara Pulau Jawa dan sampai saat ini belum ada laporan keberadaan kapal tersebut,” ucap Junaidi.

Selain itu, VTS Tanjung Priok juga telah memancarkan berita distress agar kapal-kapal yang tengah berlayar di sekitar rute tersebut ikut mencari dan melaporkan jika menemukan tanda-tanda keberadaan kapal.

“Kami akan berusaha maksimal untuk membantu mencari kapal dimaksud, semoga ada pertanda baik dari kapal tersebut kedepannya,” tutup Junaidi.

Selain nakhoda kapal, Muhammad Asdar Wijaya, kapal ini juga ditumpangi 11 awak lainnya. Para awak itu terdiri dari mualim Yanuardin Mendrofa dan Husni Mubarak, KKM Andi Tasriq, masinis Satria Idam Sulistio dan Bambang Mulyono, juru mudi Agustinus Piter, Asrun Suriansa, dan Dahar; serta juru minyak Wardani, Ardiyanto, dan Dwi Wahyu Sabtono.

Masa Lalu Kelam

Selain hilang kontak, tanker berkapasitas kotor 1128 ton berukuran 75,15 meter yang dibuat tahun 1993 itu pernah memiliki masa lalu kelam. Tanker tersbeut dibajak oleh dua kapal MT 3 Dolphin dan MT Tere pada 2011. Tanker yang mengangkut sebanyak 1.800 ton bahan bakar minyak dari Surabaya dengan tujuan Samarinda itu dibajak di Laut Jawa. Saat itu, kapten kapal MT Namse sempat meluncurkan parasut darurat (emergency) untuk meminta pertolongan kepada Kapal Patroli Police Guard Singapura di perairan perbatasan Singapura pada Rabu, 20 April 2011.

Abdul Yusuf, kapten kapal MT Namse Bangdzod kala itu mengaku parasut terakhir yang ditembakkan langsung direspon Police Guard Singapura yang saat itu lagi patrol. Setelah isi kapal digasak oleh dua kapal pembajak dan ditinggal begitu saja, dia terlebih dulu melepaskan ikatan ke-13 anak buah kapal (ABK) di ruangan istirahat kapten yang dijadikan tempat penyanderaan. “Setelah saya melepaskan (ikatan, Red) anak buah saya, saya panic. Ini karena saya tidak tahu posisi kapal saat itu, lantaran satu set peralatan navigasi kapal kami telah dirampas pembajak,” tandasnya di Markas Dit. Polair Polda Kepri, Sekupang, (22/4/2011).

 Sementara perompakan kapal yang bertolak dari Sampit pernah terjadi pada 2014. Sebuah kapal bermuatan CPO yang bertolak dari Sampit, dirompak saat dalam perjalanan menuju Gresik, Jawa Timur.

Kapal Srikandi 515 mengangkut 3.100 ton minyak sawit berangkat pada 8 Oktober 2014 dan digiring kapal pandu ke luar muara pada 9 Oktober 2014. Seharusnya, paling lama tiga hari sudah sampai Gresik, tapi kemudian dikonfirmasi pada 17 Oktober 2014 bahwa kapal itu belum tiba di Gresik.

Informasi baru diterima 24 Oktober 2014 bahwa nakhoda dan anak buah kapal ditemukan oleh nelayan Malaysia dalam keadaan selamat. Para perompak akhirnya berhasil ditangkap pada 2015 di Thailand. Para pelaku kemudian dibawa ke Kalimantan Tengah untuk menjalani proses hukum.

Sebelumnya pada 26 Februari 2012, perompakan tugboat dan tongkang bermuatan minyak sawit juga terjadi di perairan Kotawaringin Timur. Sebanyak 16 anak buah kapal bersama nakhodanya diikat dan dibuang ke hutan di kawasan muara. Untungnya mereka berhasil ditemukan dengan selamat.

Setelah dilakukan pencarian, polisi menemukan tugboat Sindo Ocean dan tongkang Anggada VI bermuatan 3.700 ton minyak sawit tersebut. Saat itu perompak hanya berhasil membawa kabur peralatan navigasi dan harta benda milik ABK dengan nilai diperkirakan mencapai Rp 204.560.000. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *