Belasan Senjata Rakitan Diamankan

Senjata rakitan
Petugas TNI tampak sedang membawa senjata rakitan yang berhasil diamankan dari tangan warga.

NUNUKAN – Sebanyak 12 pucuk senjata berikut 8 peluru penabur dan 7 bom rakitan yang diamankan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) Republik Indonesia-Malaysia/Yonif Linud 433/Julu Siri dari warga, rencananya digunakan untuk berburu.

“Sementara ini kita lihat masih sebatas digunakan untuk berburu. Tetapi memang kalau terjadi perkelahian pasti mereka gunakan. Kalau kepepet alasannya membela diri. Biasa mereka jika terjadi konflik baik konflik keluarga, konflik yang lain-lain biasa mereka membawa senjata tersebut,” ujar Komandan Satgas Pamtas Yonif Linud 433/Julu Siri, Letnan Kolonel Inf Agustatius Sitepu SSos Msi, Selasa (2/6/2015) saat memberikan keterangan pers.

Ia menjelaskan, senjata ini memiliki kemampuan efektif antara 50 hingga 100 meter. “Kalau efektif itu berarti mematikan,” ujarnya.

Satu pucuk senjata rakitan dimaksud bahkan menggunakan amunisi SS1 yang biasanya dipakai pada senjata milik TNI. Komandan Satgas Pamtas Yonif Linud 433/Julu Siri, Letnan Kolonel Inf Agustatius Sitepu SSos Msi menunjukkan senjata rakitan, peluru dan bom yang diamankan dari masyarakat. “Ini berbahaya, standar amunisinya,” ujarnya.

Penggunaan senjata dimaksud sangat berbahaya, karena jangan sampai pemiliknya berusaha merebut atau mencuri amunisi milik TNI.

Setelah mengamankan belasan senjata rakitan tersebut, pihak Satgas Pamtas menyerahkan kepada polisi untuk mengusut pelaku penjualan senjata api jenis penabur di wilayah Kabupaten Nunukan.

“Untuk pasarnya perlu diselidiki, karena mereka (warga pemilik senjata) tidak mau mengekspose dimana belinya? Mereka menyerahkan ini kepada kita dengan kesadaran,” ujarnya.

Agustatius mengatakan, senjata ini dipastikan dirakit di Indonesia. “Ini nanti tugas kepolisian, dimana pabriknya? Artinya pasti ada pembuatnya,” ujarnya.

Masyarakat yang menyerahkan senjata ini mengaku mendapatkannya dengan membeli dari seseorang. Harga senjata rakitan berkisar antara Rp 1 juta hingga Rp 5 juta, tergantung pada kualitasnya.

Untuk mendapatkannya juga tidak mudah. Mereka membelinya dengan cara sembunyi-sembunyi.  “Ini yang sedang kita telusuri. Nanti kita serahkan kepada kepolisian untuk ditelusuri, dimana pabriknya? Apakah ada di wilayah kita atau di wilayah lain? Tetapi ini buatan Indonesia, semuanya yang rakit di Indonesia,” katanya. [] TB

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *