Penyeberangan Tenggarong Makan Korban

feri tenggelam
Tampak di tengah sungai sebuah kapal feri diapit tiga speedboat yang telah menemukan posisi kapal feri yang tenggelam.

KUTAI KARTANEGARA – Seorang buruh bernama Totok yang juga supir mobil angkutan jenis Mitsubisi L300 dinyatakan hilang oleh tim search and rescue (SAR) setelah kapal feri penyeberangan yang ditumpangi Totok tenggelam di perairan Sungai Mahakam, Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim), Rabu (4/2) dini hari.

Tenggelamnya kapal feri penyeberangan tersebut adalah yang kesekian kalinya sejak runtuhnya Jembatan Mahakam II atau yang dikenal Jembatan Kukar pada 26 November 2011 silam. Pasca runtuhnya jembatan penghubung antara Tenggarong Seberang dan Tenggarong kota tersebut, jasa penyeberangan sangat dibutuhkan. Sehingga kapal feri penyeberangan yang mengangkut motor dan mobil muncul menjamur.

Satu dari sekian banyak kapal motor tersebut adalah Kapal Motor (KM) Rina Amelia 1. Di pagi dini hari yang nahas tersebut, kapal yang didesain khusus mengakut mobil tersebut mengakut tiga mobil pick up bermuatan sembilan bahan pokok (sembako). Masing-masing mobil hanya ditumpangi seorang supir dan Totok adalah seorang di antaranya.

Menurut Keterangan Faturahman, Nahkoda KM Rina Amelia I, Totok sebenarnya sempat keluar dari mobil dan berenang bersama salah seorang Anak Buah Kapal (ABK)nya ke tepian. Ia mengetahui hal tersebut karena posisinya di kemudi yang berada di tingkat dua. Ia pun berenang belakangan.

“Semua sama-sama keluar, Totok, bahkan sempat berenang bersama dengan ABK, tapi tiba-tiba hilang. Saat itu saya juga berusaha menyelamatkan diri dan saya yang paling terakhir karena posisi saya berada diatas kapal,” ungkap Faturahman saat ditemui wartawan di Ruang Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) Kepolisian Resor (Polres) Kukar, Rabu (4/2/2015) sore.

Pria berusia 44 tahun ini mengungkapkan, saat membawa tiga mobil tersebut tidak berat di bagian depan. Karena, kata dia, saat tenggelam, mobil paling depan malah yang mengapung, sementara dua mobil lainnya ikut tenggelam bersamaan dengan kapal. “Mobil paling depan yang mengapung dan baru tenggelam saat sampai di depan Tanjung (tepian eks kampung Tanjung, red). Bahkan, salah satu sopir sempat berdiri di atas mobil itu,” jelas Faturahman.

Dia menceritakan, sebelum berangkat dari Desa Perjiwa. Sopir ke tiga mobil itu bertanya apakah aman atau tidak.oleh ABK saya mengatakan aman. Setelah mereka masuk ke dalam feri, ABK memastikan jikalau bagian depan sudah aman. “Nah saya tugasnya hanya menjalankan kapal saja. Kalau kata ABK saya sudah aman di bagian depan, saya tinggal mengantarkan ke seberang saja,” tutur pria yang sudah 23 tahun menjadi Nakhoda ini.

Saat membawa kapal itu, Faturahman mengatakan dirinya sehat dan tidak mengantuk. Sebelum sampai di Dermaga Marully di Sukarame Tenggarong, dirinya langsung me-langsam kapal tersebut. ” Tiba-tiba saat saya langsam, mesinnya mati. Saya coba nyalakan kembali tapi tidak bisa, sehingga air langsung masuk lewat depan. Tak sampai hitungan menit, kapal saya sudah tenggelam,” ucapnya.

Posisi kapal sebelum tenggelam hanya berjarak 15 meter dari dermaga. Karena mati mesin, kapal terbawa arus hingga jarak 50 meter. Dia mengutarakan kalau saat itu kapal dalam kondisi baik, tidak ada kebocoran atau pun kerusakan mesin. “Saat itu saya kaget, kok tiba-tiba mesin mati saat saya langsam (menstabilkan kecepatan mesin kapal, red), biasanya nggak pernah begitu,” urai Faturahman.

Pada saat menyeberang, feri tradisional itu memuat tujuh orang, seorang nakhoda, tiga orang ABK dan tiga orang penumpang yang tak lain adalah supir masing-masing mobil. Mereka yang ABK adalah Riski, Muklis dan Nanang. Sementara penumpannya Darwis, Jata Jakobus dan Totok yang hilang.

Terhadap korban yang hilang, juga kapal dan mobil, sejak pukul 09.00 Wita, pihak Tim SAR sudah terjun mencari. Setelah 2 jam pencarian, akhirnya sekitar pukul 11.00 Wita, badan kapal ditemukan, meski di dalam kapal tersebut hanya terdapat dua unit mobil.

Di Tempat Kejadian Perkara, Kepala Urusan Unit Identifikasi TKP Polres Kukar, Aipda Dian Heri Wahyudi mengatakan, posisi kapal tersebut masih berada di dalam Sungai mahakam. “Baru diberi tanda saja, kapal itu berada di ke dalaman 15 meter,” katanya siang tadi.

Pencarian dilakukan sejak pukul 09.00 Wita. Dan baru bisa ditemuakan oleh Tim sekitar pukul 11.00 Wita. Sekitar 50 Meter dari Dermaga Tenggarong. “Selain kapal, penyelam juga menemukan dua unit mobil, sedangkan satunya sudah tidak ada. Posisinya masih berada diatas kapal seperti posisi pertama kali menyeberang,” papar Dian.

Mengenai korban yang ikut tenggelam bernama Totok, ujar Dian, belum diketahui apakah berada di dalam mobil atau tidak. Penyelam sempat berupaya membuka pintu mobil yang ada di dalam sungai. Namun karena arus sungai yang deras, upaya tersebut akirnya gagal. “Rencana kapal itu akan diangkat menunggu air sungai pasang,” terang Dian.

KURANG PENGAWASAN

Bupati Kukar Rita Widyasari langsung turun ke TKP begitu mendengar ada kapal penyeberangan yang tenggelam. Di TKP, ia mengungkapkan akan menindak tegas pemilik feri penyeberangan tradisional yang tenggelam. “Selama proses pencarian berlangsung, Dermaga ini akan kita tutup,” kata Rita saat meninjau lokasi tenggelamnya kapal feri KM Rina Amelia di Kelurahan Sukarame, Tenggarong sekitar pukul 12.30 siang.

Menurutnya, Pemkab Kukar melalui Dinas Perhubungan (Dishub) telah melaksanakan beberapa peraturan yang berlaku seperti, memeriksa kapal-kapal dan menghimbau agar pemilik kapal menyediakan pelampung. “Kita sudah melaksanakan sesuai aturan, namun terkadang pelaksana-nya yang melanggar. Misalnya kalau kita disuruh pakai helm, tapi tidak dipakai,” ucap Rita.

Seperti kejadian kali ini, lanjut Rita, feri yang tenggelam itu overload dan beroperasi tengah malam. Bahkan di kapal ada pelampung, namun tidak digunakan. “Tapi ini menjadi salah satu konsekuensi masyarakat yang meminta agar feri penyeberangan beroperasi sampai malam dan tidak bisa kita halangi. Kemungkinan besar yang ikut tenggelam itu lagi tidur. Saya saja pernah menyeberang dengan feri pukul 1 atau 2 malam,” kata Rita.

Dia berharap, pemilik dermaga dan juga kapal feri bisa mengerti dan mau mengganti kerugian yang dialami para korban. Bahkan, Pemkab Kukar juga akan memperhatikan apabila ada korban jiwa. “Mengenai santunan dan sebagainya akan bahas nantinya. Yang menjadi tujuan sekaran kepada korban yang hingga kini belum diketahui nasibnya , kami berharap semoga korban ditemukan dalam kondisi selamat,” harapnya.

Rita, mengimbau kepada pemilik kapal agar memperhatikan pemeliharaan masing-masing kapal.  “Kapal itu harus diperhatikan dan pemilik kapal harus juga punya kapal cadangan. Perlu sekali maintenance, karena itu menyangkut keselamatan orang lain,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dishub Kukar, H Marsidik menerangkan, diduga juragan kapal feri tersebut mengantuk, sehingga saat hendak merapat ke dermaga di Tenggarong, RPM diturunkan terlalu rendah dan mesinnya mati. “Karena malam, motorisnya mungkin ngantuk, jadi kebablasan menurunkan RPM sehingga mesin mati dan air langsung masuk. Selain itu, penyebab tenggelam sementara diduga kuat akibat overload muatan,” terangnya.

Di lain pihak, Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Masyarakat Pro Pembangunan (MAPPAN), Fatahuddin, menilai bahwa peristiwa tenggelamnya kapal penyeberangan tradisional tersebut, hingga mengakibatkan munculnya korban jiwa dan harta, tidak lain karena adanya kelalaian pemerintah daerah juga.

“Masyarakat tidak bisa sepenuhnya disalahkan, kejadian ini juga karena ada kelalaian dari pemerintah. Kenapa? Karena pengawasannya lemah. Dahulu sewaktu jembatan baru runtuh, setiap dermaga dijaga aparat, mereka mengamankan. Sekarang tidak ada, kemana mereka?” kata Fatahuddin.

Demikian pula dengan kelayakan kapal, pihak Dishub, yang menurut Fatahuddin paling bertanggung jawab, tampak tidak pernah melakukan pemeriksaan. “Kapal-kapal feri ini kan beroperasi dengan izin Dishub, mestinya uji kelayakan dan pemeriksaannya bisa dilakukan berkala. Apakah ada kebocoran atau tidak. Apakah mesin kapal layak beroperasi atau tidak. Semua itu kan ada standar kelayakannya. Termasuk soal pelampung dan peletakannya,” papar Fatahuddin. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *