Kantor DPW Partai Ummat DIY Sepi Aktivitas Pasca-Pembubaran Pengurus Wilayah

YOGYAKARTA — Kantor Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Ummat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tampak sepi dan tak menunjukkan aktivitas organisasi pasca-deklarasi pembubaran serentak seluruh pengurus partai dari tingkat wilayah hingga ranting pada Senin (2/6/2025).
Gedung dua lantai yang berlokasi strategis di Jalan Ngeksigondo Nomor 5, Prenggan, Kotagede, kini seperti tak berpenghuni.
Pantauan Radar Jogja pada Selasa (3/6) memperlihatkan tidak adanya aktivitas di dalam gedung selama lebih dari 30 menit pengamatan.
Pintu pagar tertutup rapat, hanya seekor burung yang digantung di dekat pos jaga serta beberapa helai pakaian yang sedang dijemur tampak menandakan keberadaan penghuni.
“Sejak Lebaran tidak ada kegiatan. Terakhir cuma buka puasa bersama waktu Ramadan,” ujar Pak Man, penjaga gedung yang telah bertugas sejak 2006, saat ditemui usai pintu diketuk.
Pak Man menuturkan, sejak Partai Ummat dideklarasikan oleh Amien Rais pada 2020, gedung yang semula digunakan sebagai kantor DPW Partai Amanat Nasional (PAN) DIY ini dialihfungsikan sebagai kantor sekretariat pembentukan Partai Ummat DIY.
Selanjutnya, gedung ini difungsikan sebagai kantor resmi DPW Partai Ummat hingga masa pembubaran para pengurus kemarin.
“Awalnya ini markas PAN, terus setelah ada Partai Ummat ya pindah ke sini,” jelasnya sambil menenteng baju di bahu.
Bangunan yang berada di pinggir jalan utama itu masih memajang spanduk dan simbol khas Partai Ummat.
Di bagian atas terpasang lambang perisai dengan bintang emas berlatar hitam, serta banner yang memuat foto Amien Rais sebagai pendiri partai dan Ridho Rahmadi yang saat ini menjabat kembali sebagai Ketua Umum.
Slogan partai, “Lawan Kezaliman, Tegakkan Keadilan”, juga masih terpampang meskipun warnanya mulai pudar.
Sebelumnya, Partai Ummat DIY diterpa konflik internal yang memuncak dalam bentuk pembubaran struktur organisasi di semua tingkatan, mulai dari DPW, DPD, hingga pengurus ranting.
Langkah ini disebut sebagai bentuk protes terhadap dinamika internal partai, termasuk penolakan terhadap kembalinya Ridho Rahmadi sebagai Ketua Umum.
Namun, belum ada pernyataan resmi dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) terkait langkah selanjutnya untuk kepengurusan di DIY.
Pak Man mengaku selama masa-masa kampanye pemilu dan pilkada, gedung tersebut selalu ramai dikunjungi kader dan simpatisan.
Namun kini, ia hanya tinggal bersama anaknya untuk menjaga gedung yang dulu sempat menjadi pusat aktivitas politik di kawasan Kotagede itu.
Dengan pembubaran serentak tersebut, masa depan kepengurusan Partai Ummat di DIY kini menjadi tanda tanya.
Gedung yang sempat menjadi simbol semangat politik baru, untuk sementara hanya menyisakan jejak masa lalu. []
Nur Quratul Nabila A