Krisis Air Bersih di Sangasanga Usai Ledakan Sumur Minyak

KUTAI KARTANEGARA — Ledakan dan semburan lumpur bercampur gas dari sumur migas LSE-P715 milik PT Pertamina Hulu Sangasanga (PEP SSA) pada Rabu (18/6/2025) pagi mengagetkan warga Kelurahan Jawa, Kecamatan Sangasanga, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Suara gemuruh keras dan kobaran api tinggi membuat sebagian warga panik dan mengungsi, mengingatkan mereka pada tragedi kebocoran gas beracun tahun 1988 di wilayah yang sama.

“Saya kira mau hujan, ternyata suara ledakan. Langsung warga keluar rumah, trauma kejadian dulu masih terasa,” tutur Chaidiel Ridwan, Ketua RT 04, saat ditemui Kaltim Post, Minggu (22/6/2025).

Di tengah kepanikan, warga berkumpul di Musala Al-Hidayah untuk mencari informasi. Beberapa mengungsi, terutama anak-anak dan lansia. Dinarti, penjual lontong di wilayah terdampak, menggambarkan suara ledakan seperti “pesawat jatuh”.

Ia mengaku tak berani menyalakan kompor karena bau gas menyengat menusuk hidung. “Saya lima hari tak jualan. Biasanya dapat Rp 600–800 ribu per hari, sekarang nol,” ujarnya dengan suara bergetar.

Dampak lanjutan dari insiden itu adalah keruhnya air PDAM. Air dari keran berubah warna kecoklatan dan berbau menyengat seperti bensin. Warga menyebut air tersebut “lantung”. Gejala seperti badan lemas, kepala berat, dan mual dirasakan sejumlah warga selama dua hari pasca-ledakan.

Pada Jumat (21/6/2025), sekitar 30 warga mengadakan rapat darurat di rumah Dodi Hariyadi, RT 09, Jalan Habibah. Pertemuan dihadiri Camat Sangasanga M Dachriansyah, Kapolsek AKP M Zulhijjah, perwakilan Pertamina, PDAM, serta Bhabinkamtibmas dan Babinsa. Warga melaporkan air PDAM diduga tercemar lumpur dan minyak dari semburan sumur migas.

Direktur Teknik Perumda Tirta Mahakam Kukar, Abdul Latif, membenarkan adanya indikasi kontaminasi.

“Kami temukan air intake terpapar minyak. Sistem kami tidak punya unit khusus untuk mereduksi minyak atau hidrokarbon,” ujarnya.

Dinding tangki penampungan air mentah PDAM diketahui licin, diduga akibat rembesan lumpur dari semburan sumur yang mengalir sejauh 2–3 kilometer dari titik semburan ke area pengolahan air.

Menanggapi situasi ini, PDAM Sangasanga menghentikan sementara operasional distribusi air bersih. Namun, karena bertepatan dengan pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat kecamatan pada 22–27 Juni, keputusan ini menimbulkan tantangan baru.

Melalui surat resmi bernomor 690/15/PERUMDA-SSG/VI/2025, Kepala Perumda Tirta Mahakam Cabang Sangasanga, Mahfati, menyatakan bahwa distribusi air tetap dilakukan untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus (MCK), tetapi tidak untuk konsumsi.

Pertamina menyediakan bahan kimia tambahan dan filter karbon aktif untuk menyaring air, sembari menunggu hasil uji laboratorium yang diperkirakan keluar dalam 14 hari kerja.

“Pertamina berkomitmen menyediakan air galon dan air bersih lainnya selama masa penghentian distribusi PDAM,” ungkap perwakilan perusahaan dalam rapat darurat.

Namun, warga berharap lebih. Mereka merasa belum ada kepastian yang menenangkan

“Warga takut menyalakan kompor. Kami hanya dapat susu beruang, masker, dan suplemen, itu pun tidak merata,” keluh Chaidiel.

Dinarti menambahkan, “Badan saya masih lemas. Bantuan tidak cukup, dan kami takut terjadi kebocoran lagi.”

Warga di ring 1—yakni area terdampak langsung ledakan—menyuarakan permintaan kompensasi atas kerugian ekonomi dan gangguan kesehatan. Mereka berharap perusahaan bertanggung jawab atas dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang ditimbulkan.

Meskipun pihak Pertamina menyatakan situasi sudah terkendali, dan upaya teknis terus dilakukan, kekhawatiran tetap membayangi. Seperti diungkapkan Chaidiel,

“Kami butuh kepastian, bukan hanya uji lab yang belum keluar.”

Di tengah air keruh, suara kompresor dari lokasi pengeboran, dan trauma masa lalu yang kembali terkuak, warga Sangasanga kini menanti kepastian atas hak dasar mereka: udara yang bersih, air yang layak, dan rasa aman di rumah sendiri. []

Nur Quratul Nabila A

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *