Ribuan Warga Padati Kirab Pusaka 1 Suro di Solo

SURAKARTA — Ribuan warga memadati kawasan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat pada Kamis malam hingga Jumat dini hari (26–27 Juni 2025) untuk menyaksikan Kirab Pusaka Malam Satu Suro.
Tradisi sakral tahunan ini terasa semakin istimewa karena bertepatan dengan pergantian Tahun Ehe ke Tahun Dal dalam kalender Jawa, yang jatuh pada Malam Jumat Kliwon—malam yang dianggap memiliki energi spiritual kuat dalam kepercayaan masyarakat Jawa.
Kirab dimulai tepat pukul 00.00 WIB, Jumat (27/6/2025), tetapi keramaian sudah terasa sejak sore hari. Rangkaian upacara adat telah berlangsung di dalam kompleks keraton, melibatkan ribuan abdi dalem dan sentana dalem.
Wilujengan atau doa keselamatan dan kol-kolan (peringatan wafat) untuk Pakoe Boewono X menjadi bagian dari prosesi sebelum kirab dimulai.
“Sebelum kirab ada wilujengan, dilanjutkan kol-kolan untuk Pakoe Boewono X yang bertepatan dengan Malam Satu Suro,” ujar KPA Dani Nur Adiningrat, Pengageng Sasana Wilapa Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Menurutnya, kegiatan ini juga disemarakkan dengan meditasi dan salat malam di Masjid Pujasana yang berada di dalam lingkungan keraton, menciptakan suasana khusyuk dan kontemplatif.
Kirab tahun ini dinilai lebih sakral karena bertepatan dengan dua momen penting dalam budaya Jawa. Tahun Dal menandai awal siklus windu (delapan tahunan), dan selalu dimulai pada Jumat Kliwon. Kombinasi ini menjadikan malam tersebut sebagai malam yang diyakini penuh kekuatan spiritual oleh masyarakat Jawa.
“Kirab Pusaka Malam Satu Suro kali ini terasa istimewa karena bertepatan dengan Tahun Dal dan Malam Jumat Kliwon. Keheningan, kesakralan, dan proses kontemplasinya lebih dalam,” kata Dani.
Kirab dimulai dengan kehadiran Kebo Bule keturunan Kyai Slamet yang dipercaya membawa berkah dan keselamatan. Sebanyak 17 pusaka keraton dikirab, diiringi oleh abdi dalem dan keluarga keraton, termasuk Putra Mahkota Pangeran Purbaya, Permaisuri GKR Pakoe Boewono XIII, serta GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani.
Kirab juga dihadiri perwakilan dari Catur Sagatra—empat keraton besar pewaris Mataram Islam—yakni Keraton Yogyakarta, Pura Mangkunegaran, dan Paku Alaman. Sejumlah tokoh nasional turut hadir, seperti pejabat daerah, Menteri Kebudayaan, hingga kalangan seniman dan selebritas.
“Peserta kirab kali ini sangat banyak. Antusiasme masyarakat sangat tinggi, bahkan mayoritas peserta berasal dari kalangan muda,” ungkap Dani.
Kirab menempuh rute dari dalam keraton menuju Gladag, Pasar Kliwon, Nonongan, dan kembali ke keraton sekitar pukul 03.00 WIB. Sepanjang jalan, warga dengan tertib menanti arak-arakan lewat, menyaksikan momen yang sarat nilai spiritual dan kultural.
Budiarto Susilo (72), warga Solo, mengaku sudah puluhan tahun menyaksikan kirab ini bersama keluarga.
“Setiap tahun pasti nonton kirab. Sudah tradisi dari zaman simbah-simbah sampai sekarang, saya ajak anak dan cucu,” tuturnya.
Kirab Pusaka Malam Satu Suro bukan sekadar atraksi budaya, melainkan cerminan penghormatan terhadap leluhur, kearifan lokal, dan spiritualitas yang terus dijaga oleh masyarakat Jawa, khususnya warga Surakarta. []
Nur Quratul Nabila A