Pemkot Salatiga Siapkan Langkah Strategis Atasi Kelangkaan Elpiji 3 Kg

SALATIGA – Kelangkaan gas elpiji 3 kilogram di Kota Salatiga menyebabkan warga kesulitan memperoleh pasokan. Menanggapi hal ini, Penjabat (Pj) Wali Kota Salatiga, Yasip Khasani, memastikan bahwa pemerintah telah menyiapkan langkah strategis guna mengatasi permasalahan distribusi gas bersubsidi tersebut.
Menurut Yasip, jumlah kuota elpiji 3 kg sebenarnya mencukupi, tetapi kendala terjadi dalam distribusinya.
“Secara jumlah, tidak ada masalah. Namun, bagaimana masyarakat bisa mendapatkan gas ini dengan lancar, itu yang perlu kita selesaikan bersama. Oleh karena itu, kami telah menyiapkan beberapa langkah strategis,” ujarnya, Kamis (13/2/2025).
Yasip menjelaskan bahwa keterlambatan distribusi gas elpiji 3 kg di tingkat pangkalan beberapa hari terakhir disebabkan oleh gangguan transportasi. Kondisi ini menghambat distribusi gas dan menciptakan kesan kelangkaan di masyarakat.
“Kuotanya sebenarnya ada, tetapi karena ada keterlambatan sekitar dua hari dalam distribusi, hal ini menimbulkan kesan seolah-olah stok gas langka. Kami sedang berupaya mengejar ketertinggalan ini agar pasokan kembali normal,” jelasnya.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Pemkot Salatiga telah menyiapkan beberapa langkah strategis, antara lain:
Melakukan operasi pasar dan pengecekan pangkalan guna memastikan ketersediaan stok gas bersubsidi.
Menjaga harga sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) agar tidak terjadi lonjakan harga di tingkat konsumen.
Mengevaluasi rantai distribusi agar pasokan kembali normal dan masyarakat tidak lagi kesulitan mendapatkan elpiji 3 kg.
“Jika permasalahan ini berpengaruh pada harga, maka pemerintah daerah harus turun tangan. Kami masih terus mengkaji agar pasokan kembali normal sebelum menerapkan langkah-langkah lebih lanjut,” tambah Yasip.
Pantauan di Pangkalan Gas wilayah Argomulyo, Kota Salatiga, menunjukkan antrean panjang warga yang menunggu gas elpiji 3 kg. Puluhan tabung kosong berjajar di depan pangkalan, dengan tanda kertas dan tali rafia agar tidak tertukar.
Rusman, salah seorang warga, mengaku rela antre berjam-jam bahkan meninggalkan pekerjaannya demi mendapatkan gas.
“Harga per tabungnya Rp18.000 dan hanya boleh beli satu tabung per orang. Saya sudah antre sejak pagi, sampai harus meninggalkan pekerjaan,” tuturnya.
Ia berharap pemerintah segera bertindak untuk memperlancar distribusi.
“Kalau bisa, dipermudah. Apalagi kami rakyat kecil yang tidak punya kendaraan, harus berjalan jauh untuk membeli gas. Kalau stok tidak tersedia, tentu kami semakin kesulitan,” keluhnya. []
Nur Quratul Nabila A