Pemkab Probolinggo Gelar Rakor Pengendalian Demam Berdarah Dengue

RAKOR : Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) gelar Rakor pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Auditorium Madakaripura Kantor Bupati Probolinggo, Senin (9/10). (Foto : Misbahul)

PROBOLINGGO-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) telah menggelar rapat koordinasi (rakor) pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Auditorium Madakaripura Kantor Bupati Probolinggo, Senin (9/10/2023).

Kegiatan yang diikuti oleh Camat, Kepala Puskesmas serta Kepala Desa (Kades) dan perangkat desa se-Kabupaten Probolinggo ini dibuka secara resmi oleh Penjabat (Pj) Bupati Probolinggo Ugas Irwanto, S.Sos., M.Si.

Rakor pengendalian DBD di Kabupaten Probolinggo ini dihadiri oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr Imran Pambudi, Ketua Tim Kerja Arbovirusis Dirjen P2P Kemenkes RI dr Asik Surya, perwakilan Dinkes Provinsi Jawa Timur, perwakilan Forkopimda dan Kemenag serta Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr SHodiq Tjahjono dan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Fathur Rozi.

Dalam kesempatan tersebut dilakukan penandatanganan komitmen bersama pengendalian DBD di Kabupaten Probolinggo, pemberian cinderamata kepada Kemenkes RI dan desa yang berkontribusi dalam pencegahan DBD melalui anggaran desa serta pemberian bantuan Abate kepada kecamatan dengan kasus kematian DBD tertinggi yakni Kecamatan Gending dengan 4 kasus dan Kecamatan Kraksaan dengan 3 kasus.

Pj Bupati Probolinggo Ugas Irwanto mengatakan seiring dengan tingginya kasus DBD di Kabupaten Probolinggo, maka pihaknya akan membuat surat edaran yang ditujukan kepada semua Camat, Kepala Puskesmas, Kepala Desa dan semua pihak agar setiap hari Jum’at dilakukan Gerakan Jum’at Pemberantasan Sarang Nyamuk.

“Ada beberapa tempat yang potensi menjadi sarang nyamuk. Ayo kita bersama-sama viralkan dengan membuat gebrakan menyangkut kebersihan berupa pemberantasan sarang nyamuk. Bukan hanya ketika ada kasus, tapi untuk selamanya. Sebab kebersihan itu penting agar kita sehat,” katanya.

Lebih lanjut Pj Bupati Ugas menegaskan bahwa komitmen ini harus berubah. Sekarang harus fokus kepada pemberantasan sarang nyamuk. Sebab Pemerintah Daerah harus bertanggungjawab penuh terhadap kesehatan dan nyawa warganya.

“Mulai Jum’at ini gerakan Jum’at pemberantasan sarang nyamuk ini harus serentak kita lakukan. Dengan gerakan ini harapannya kasus DBD bisa berkurang. Ini adalah ikhtiar bagaimana kita bisa mengurangi kasus DBD di Kabupaten Probolinggo. Kalau ini dilakukan terus maka akan menjadi kebiasaan. Semoga ini menjadi semangat dan cambuk kami dalam hal kesehatan,” tegasnya.

Sementara Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr Shodiq Tjahjono menyampaikan hingga saat ini hanya ada 2 puskesmas yang masih bebas dari kasus DBD yaitu Puskesmas Kuripan dan Puskesmas Sumber.

“Sebagian besar, terutama daerah pantai dan dataran rendah, masing-masing puskesmas rata-rata diatas 5 kass. Sementara dataran tinggi seperti Krucil, Tiris dan Sukapura kasusnya dibawah 5 kasus. Saat ini kita masih musim kemarau, sebentar lagi sudah masuk musim penghujan. Dimana kasusnya akan lebih tinggi dan ini perlu diantisipasi,” ujarnya.

Shodiq menjelaskan tahun ini menjadi tahun yang paling banyak kasus di Kabupaten Probolinggo. Jika dibiarkan tentunya akan terjadi lonjakan kasus. Dimana kasusnya sudah mencapai 596 kasus. Jumlah kematiannya juga tinggi mencapai 18 kasus.

“Kasus kematian ini menjadi yang terbanya di Jawa Timur dan Indonesia. Tidak masalah yang penting bisa diturunkan. Namun disini kasusnya banyak kematiannya. Kasus kematian banyak ini pastinya ada keterlambatan dalam penanganan,” jelasnya.

Menurut Shodiq, 4 puskesmas yang menjadi penyumbang terbanyak kasus kematian diantaranya Puskesmas Gending dengan 4 kasus, Puskesmas Kraksaan dengan 3 kasus serta Puskesmas Paiton dan Puskesmas Krejengan dengan 2 kasus.

“Kelompok umur yang paling banyak terkena adalah 1 hingga 14 tahun sebanyak 74%. Ini masa-masa anak sekoah, bisa terjadi kemungkinan penularannya di sekolah. Oleh karena itu harus ada gerakan sekolah harus bebas jentik dan bebas nyamuk,” terangnya.

Shodiq mengaku bersyukur karena persentase Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kabupaten Probolinggo sudah mencapai 90%. Harapannya nanti bisa di atas 95%. “Kita memang belum optimal mengentaskan DBD. Namun kematian tinggi ini masih dianggap remeh oleh masyarakat,” tambahnya.

Sedangkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI dr Imran Pambudi mengungkapkan kondisi kasus di DBD di Kabupaten Probolinggo ini menjadi paling banyak di seluruh Indonesia.

“Biasanya ketika sudah musim hujan, nanti kasusnya akan meningkat lagi. Mari kita tuntaskan kasus DBD ini sekarang. Bagaimana kita mendeteksi sebanyak mungkin dan kita harus melakukan pendekatan kepada masyarakat,” ujarnya.

Menurut Imran, semua pihak harus terlibat dalam pengendalian DBD. Tidak bisa hanya mengandalkan rumah sakit. DBD itu penyebabnya adalah virus. Obatnya adalah daya tahan tubuh.

“Kita harus menemukan penderita DBD sedini mungkin. Gejala DBD tidak spesifik. Kalau ada penduduk yang panas tinggi tiba-tiba, waspada dan harus dibawa ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan testing,” terangnya.

Imran menerangkan pencegahan ini paling penting karena beberapa daerah lain yang paling penting adalah mengendalikan vektor pembawa penyakit yaitu nyamuk dengan pemberantasan sarang nyamuk.

“Fogging itu hanya membunuh nyamuk dewasa saja. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) itu yang paling penting. Ini harus membuat sebuah gerakan baik pemerintah maupun masyarakat. Jika ada kasus, puskesmas dan rumah sakit harus sigap memberikan pertolongan,” pungkasnya. (Misbahul)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *