Eks Presiden Bolivia Arce Resmi Ditahan
LA PAZ – Penangkapan mantan Presiden Bolivia, Luis Arce, pada Rabu (10/12/2025) waktu setempat menjadi babak baru dalam upaya pemerintah membongkar dugaan penyimpangan ekonomi di masa lalu. Arce diamankan aparat di ibu kota La Paz sebagai bagian dari penyelidikan korupsi yang merentang hingga ke periode ketika ia menjabat sebagai Menteri Perekonomian di era pemerintahan Evo Morales.
Arce, 62 tahun, sebelumnya memilih tidak maju dalam pemilihan umum Agustus lalu yang menandai berakhirnya dua dekade dominasi kelompok sayap kiri di Bolivia. Masa kepemimpinannya pada tahun 2020 hingga 8 November 2025 banyak dikritik publik akibat kelangkaan bahan bakar dan menipisnya cadangan mata uang asing, dua isu yang memicu gelombang demonstrasi nasional.
Sumber-sumber hukum menyebutkan, penyelidikan ini sebenarnya telah dimulai sejak Arce masih menjadi bagian dari kabinet Morales, yang memimpin Bolivia dari 2006 hingga 2019. Dugaan bahwa Arce mengizinkan aliran dana negara ke rekening pribadi sejumlah tokoh politik menjadi fokus utama aparat kejaksaan.
Penangkapan Arce berlangsung tanpa pemberitahuan lebih dahulu. Mantan koleganya, Maria Nela Prada, menuturkan bahwa Arce tengah sendirian saat diamankan dan langsung dibawa menuju kantor polisi menggunakan sebuah minibus berkaca gelap. Dia menyebut momen tersebut sangat mengejutkan dan menegaskan bahwa Arce “tidak menerima pemberitahuan apa pun”.
Menteri Dalam Negeri Marco Antonio Oviedo, dalam konferensi pers, menilai langkah kepolisian sudah tepat. Ia menyebut Arce sebagai “orang utama yang bertanggung jawab” atas kerugian negara yang ditaksir mencapai US$ 51 juta, atau sekitar Rp 850,2 miliar. Nilai tersebut diyakini terkait dengan sejumlah transaksi yang tidak semestinya dilakukan melalui kas negara.
Salah satu pihak yang diduga turut menerima dana tersebut, mantan anggota parlemen sayap kiri Lidia Patty, lebih dulu ditangkap aparat pada pekan sebelumnya. Patty diduga memperoleh hampir US$ 100.000 (sekitar Rp 1,6 miliar) untuk proyek budidaya tomat yang dinilai fiktif dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Jaksa penuntut Bolivia menyatakan bahwa Arce akan dimintai keterangan mengenai tuduhan kelalaian dalam menjalankan tugas serta dugaan “pelanggaran ekonomi” lain yang dikaitkan dengan masa jabatannya. Aparat memastikan proses hukum akan berjalan sesuai aturan.
Sementara itu, Wakil Presiden Bolivia, Edmand Lara, dalam pernyataannya menegaskan sikap tegas pemerintah saat ini. Ia mengatakan bahwa “setiap orang yang mencuri dari negara ini akan mengembalikan setiap sen terakhir”, menegaskan komitmen pemerintahan baru dalam memberantas korupsi.
Berdasarkan hukum Bolivia, pejabat eksekutif yang telah lengser dilarang meninggalkan wilayah negara selama 90 hari setelah masa jabatan berakhir. Aturan inilah yang memastikan Arce tetap berada di Bolivia saat proses penyelidikan berlangsung.
Presiden baru Bolivia, Rodrigo Paz — yang dikenal berhaluan konservatif dan pro-bisnis — menyampaikan bahwa pemerintahannya telah menemukan “sarang korupsi yang luar biasa” selama audit awal terhadap perusahaan-perusahaan publik. Sejalan dengan itu, enam mantan eksekutif perusahaan minyak negara YPFB juga telah diamankan dalam kasus terpisah.
Rangkaian penangkapan ini menunjukkan bahwa agenda pemberantasan korupsi menjadi prioritas pemerintahan baru, sementara publik Bolivia menunggu bagaimana kasus Arce berkembang di pengadilan. []
Siti Sholehah.
