Serangan Terbaru Israel di Gaza Tewaskan Lebih dari 100 Orang, Rumah Sakit Kehabisan Kain Kafan

GAZA – Rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza dilaporkan kewalahan menangani lonjakan korban luka dan tewas akibat serangan intensif yang dilancarkan militer Israel sejak Jumat (16/5/2025). Berdasarkan laporan otoritas pertahanan sipil Gaza, sedikitnya 100 orang tewas dalam serangan tersebut, sementara media internasional seperti Al Jazeera mencatat jumlah korban mencapai 115 jiwa dalam waktu 24 jam terakhir.
Kondisi ini menyebabkan fasilitas kesehatan kehabisan pasokan medis dan bahkan kain kafan, sehingga menyulitkan warga untuk memakamkan anggota keluarga mereka secara layak.
“Kami tidak punya cukup kain kafan, ini sangat memilukan,” ujar salah satu tenaga medis di Rumah Sakit Al-Aqsa, seperti dikutip dari laporan AFP.
Militer Israel mengonfirmasi pada Sabtu (17/5/2025) bahwa pihaknya telah melancarkan “serangan besar-besaran” sebagai bagian dari tahap awal ekspansi ofensif di Gaza. Serangan ini dinamakan Operation Gideon’s Chariots, dengan tujuan mengalahkan kelompok Hamas dan membebaskan para sandera berkewarganegaraan Israel dan Amerika Serikat.
“Ini adalah perluasan pertempuran di Jalur Gaza untuk mencapai seluruh tujuan perang,” bunyi pernyataan resmi militer Israel.
Dalam kurun 24 jam terakhir, lebih dari 150 target di seluruh wilayah Gaza telah diserang. Serangan udara itu memaksa ribuan warga Palestina di wilayah utara untuk mengungsi, di tengah gempuran yang tidak pandang bulu.
Kementerian Kesehatan Gaza mengungkapkan bahwa sejak Israel melanjutkan serangan pada 18 Maret 2025, setidaknya 2.985 orang telah tewas. Dengan demikian, total korban jiwa sejak dimulainya agresi Israel mencapai 53.119 orang.
Sementara itu, sejumlah laporan menyebut bahwa lonjakan serangan ini berkaitan dengan tuntutan dari Hamas yang meminta Amerika Serikat mendesak Israel untuk mencabut blokade bantuan kemanusiaan sebagai syarat pembebasan para sandera.
Meskipun belum ada pengumuman resmi dari pemerintah Israel terkait perluasan operasi militer, sejumlah media menyebut bahwa langkah tersebut telah disetujui sebelumnya oleh kabinet keamanan Israel.
Kondisi di Gaza kian memprihatinkan, di tengah terbatasnya akses bantuan kemanusiaan dan terus berlanjutnya kekerasan bersenjata. Masyarakat internasional kembali menyerukan penghentian serangan dan dimulainya gencatan senjata demi menyelamatkan nyawa warga sipil. []
Nur Quratul Nabila A