KYIV — Rusia melancarkan serangan udara terbesar sejak invasi dimulai, dengan menembakkan ratusan pesawat nirawak dan puluhan rudal ke berbagai wilayah di Ukraina pada Sabtu (24/5/2025) hingga Minggu (25/5/2025). Serangan brutal tersebut menewaskan sedikitnya 12 orang dan melukai puluhan lainnya.
Menteri Dalam Negeri Ukraina, Ihor Klymenko, menyebut serangan itu sebagai “serangan gabungan yang kejam dan ditujukan kepada warga sipil.”
Ia menegaskan bahwa tujuan utama Rusia adalah menyebar teror dan menimbulkan kematian.
“Musuh sekali lagi menunjukkan bahwa tujuannya adalah ketakutan dan kematian,” ujar Klymenko seperti dikutip Reuters.
Angkatan Udara Ukraina mengonfirmasi bahwa total 367 drone dan 69 rudal telah diluncurkan oleh Rusia. Dari jumlah itu, Ukraina mengklaim berhasil menembak jatuh 266 drone dan 45 rudal. Meski demikian, serangan masih berlangsung hingga Minggu malam.
Serangan tersebut menyebabkan kerusakan parah di sejumlah kota besar, termasuk ibu kota Kyiv, Kharkiv, Mykolaiv di selatan, dan Ternopil di bagian barat Ukraina.
Di Kyiv, militer setempat melaporkan 11 orang terluka akibat hantaman drone, meski tidak ada korban jiwa. Namun di wilayah sekitar ibu kota, empat orang dilaporkan tewas.
Sementara itu, di Kharkiv, Wali Kota Ihor Terekhov menyatakan tiga distrik dihantam drone Rusia, melukai tiga orang dan merusak sejumlah bangunan apartemen.
Menanggapi serangan masif tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak Amerika Serikat dan komunitas internasional untuk tidak diam. Ia memperingatkan bahwa sikap pasif hanya akan memberi ruang bagi agresi Presiden Rusia Vladimir Putin.
“Diamnya Amerika dan diamnya pihak lain di dunia, hanya akan menyemangati Putin. Setiap serangan teroris Rusia adalah alasan yang cukup untuk memberikan sanksi baru terhadap Rusia,” tulis Zelensky melalui akun Telegram-nya.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, turut menanggapi serangan tersebut dalam pernyataannya kepada media. Ia menyatakan ketidaksenangannya terhadap tindakan Presiden Putin.
“Saya tidak senang dengan apa yang dilakukan Putin. Dia membunuh banyak orang dan saya tidak tahu apa yang terjadi pada Putin,” ucap Trump.
“Saya selalu akur dengannya, tetapi dia mengirim rudal ke kota-kota dan membunuh orang, dan saya sama sekali tidak menyukainya.”
Ironisnya, di tengah memanasnya konflik, Rusia dan Ukraina disebut telah menyepakati pertukaran tahanan dalam waktu dekat. Kedua pihak akan menukar masing-masing 1.000 orang tahanan, meskipun belum ada keterangan resmi mengenai tanggal pelaksanaannya.
Serangan yang terjadi di tengah negosiasi ini menyoroti kompleksitas dan ketegangan diplomatik yang masih terus membayangi kawasan. []
Nur Quratul Nabila A