Lhokseumawe Catat Angka Pengangguran Tertinggi di Aceh, Didominasi Lulusan SMA

LHOKSEUMAWE – Kota Lhokseumawe kembali mencatatkan angka pengangguran terbuka tertinggi di Provinsi Aceh berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024. Tingkat pengangguran di kota tersebut mencapai 8,47 persen atau setara dengan 8.011 jiwa, menempatkan Lhokseumawe di peringkat pertama dari 23 kabupaten/kota se-Aceh.
Kepala BPS Kota Lhokseumawe, Sardi, menjelaskan bahwa pengangguran di kota itu didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat.
“Kalau pengangguran lulusan perguruan tinggi itu trennya cenderung memilih-milih jenis pekerjaan, yang cocok dan sesuai dengan ijazahnya,” ujar Sardi kepada wartawan di Lhokseumawe, Sabtu (10/5/2025).
BPS merinci distribusi pengangguran di Lhokseumawe berdasarkan tingkat pendidikan, antara lain: belum tamat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 166 jiwa, lulusan SD sebanyak 959 jiwa, lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 740 jiwa, SMA umum 3.012 jiwa, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 915 jiwa, lulusan Diploma I–III sebanyak 141 jiwa, serta lulusan universitas (Diploma IV, S1, S2, dan S3) sebanyak 2.078 jiwa.
Meski demikian, Sardi menyatakan tren pengangguran di Lhokseumawe menunjukkan penurunan dalam lima tahun terakhir. Tahun 2020 tercatat sebanyak 11.262 jiwa (11,99 persen), 2021 sebanyak 10.804 jiwa (11,16 persen), 2022 sebanyak 9.059 jiwa (9,15 persen), 2023 sebanyak 8.221 jiwa (8,78 persen), dan tahun 2024 turun menjadi 8.011 jiwa (8,47 persen).
Sebagai kota yang bergerak di sektor jasa, Sardi menekankan pentingnya upaya konkret dalam pengentasan pengangguran, terutama dengan menciptakan peluang kerja dan mendorong pertumbuhan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Kalau kita lihat, Lhokseumawe ini kota jasa, potensinya memang di pengembangan UMKM. Kalau sektor pertanian, minat generasi muda ke sektor tani itu menurun dari waktu ke waktu,” pungkasnya.
BPS menggarisbawahi bahwa upaya penanggulangan pengangguran perlu didukung oleh kebijakan lintas sektor, termasuk pelatihan kerja berbasis kebutuhan industri, kemudahan akses permodalan, serta penguatan ekosistem kewirausahaan lokal. []
Nur Quratul Nabila A