Api di Hutan Kalteng Kian Mengkhawatirkan

Kebakaran hutan di Kalteng sudah merembet hingga ke pinggir jalan.
Kebakaran hutan di Kalteng sudah merembet hingga ke pinggir jalan.

KEBAKARAN yang terjadi di sejumlah titik di hutan Kalimanten Tengah (Kalteng) kondisinya sudah semakin parah. Saat ini, dampak kebakaran sudah sangat mengkhawatirkan.

Seperti di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), hingga Selasa (11/10), titik panas atau hot spot meningkat tajam dan sebagian diperkirakan merupakan titik api kebakaran lahan.

Hotspot di Kotim terdapat 29 titik. Yakni di Kecamatan Mentaya Hilir Utara 1 titik, Mentaya Hilir Selatan 10 titik, Baamang 6 titik, Kotabesi 7 titik, Mentawa Baru Ketapang 3 titik dan Parenggean 2 titik,” kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Bandara Haji Asan Sampit, Yulida Warni di Sampit, Selasa.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat secara rutin menyampaikan perkembangan titik panas serta prediksi cuaca di Kotim. Harapannya agar data tersebut menjadi pertimbangan semua pihak dalam mengantisipasi kemungkinan yang terjadi akibat perubahan cuaca di daerah ini.

Jumlah titik panas pada Selasa meningkat tajam dibanding hari-hari sebelumnya. Seperti pada Sabtu dan Minggu, terdeteksi enam titik panas terpantau di Kotim. Yakni sebanyak tiga titik di Kecamatan Kotabesi dan tiga titik di Mentaya Hilir Selatan.

Jumlah titik panas di Kotim setiap harinya berfluktuasi. Namun, kawasan Selatan yang meliputi Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit dan Pulau Hanaut, selalu mendominasi sebaran jumlah titik panas.

Pantauan satelit pada 3 Agustus lalu, titik panas di Kotim juga sempat melonjak yakni 25 titik, tersebar di Kecamatan Kota Besi 4 titik, Mentawa Baru Ketapang 3 titik, Mentaya Hilir Selatan 13 titik dan Mentaya Hilir Utara 5 titik.

Sebagian titik panas yang terpantau satelit tersebut diperkirakan memang merupakan titik api yang menandakan terjadi kebakaran lahan di lapangan. Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap kebakaran lahan yang bisa saja tidak terkendali.

“Jangan membuang puntung rokok sembarangan karena juga bisa memicu kebakaran lahan. Hindari pembakaran lahan karena rawan meluas,” imbau Yulida.

Pantauan di lapangan, kebakaran lahan kembali terjadi di ruas Jalan Jenderal Sudirman dan kawasan jalan lingkar. Mobil pemadam kebakaran terlihat bolak-balik mengambil air untuk memadamkan kebakaran lahan tersebut.

Sementara itu suasana Sampit pada Selasa pagi hingga siang ditutupi mendung. Masyarakat berharap hujan segera mengguyur daerah ini sehingga kebakaran lahan dan kekeringan yang terjadi saat ini segera teratasi.

PETANI WAS-WAS

Sementara para petani rotan di Kotim mengaku waswas dengan kebakaran lahan yang makin marak saat ini akan meluas dan tidak terkendali sehingga bisa merembet ke kebun rotan mereka.

“Saat ini Alhamdulillah masih aman, tapi kalau tidak hujan satu atau dua minggu lagi maka dikhawatirkan kebakaran lahan makin marak. Kalau sampai seperti itu, mungkin akan seperti tahun lalu, kami terpaksa tidur di kebun untuk menjaga agar api tidak merember ke kebun rotan kami,” kata Dahlan Ismail, salah satu pemilik kebun rotan di Kecamatan Kotabesi, Kotim, Selasa (11/8).

Sejak intensitas hujan menurun drastis dalam sebulan terakhir dan mulai terjadi kebakaran lahan, pengecekan kebun dilakukan rutin tiap hari. Karena lokasi kebun cukup jauh, Dahlan mengaku sengaja meminta jasa kenalannya untuk mengawasi kebunnya dengan imbalan sewajarnya.

Kebakaran lahan mulai terjadi, namun lokasinya masih cukup jauh dari kebun rotan mereka. Meski begitu, pemilik kebun mulai meningkatkan kewaspadaan karena kebakaran lahan bisa saja terjadi dan meluas tak terkendali akibat pembukaan lahan dengan cara dibakar maupun kebakaran akibat faktor lain.

“Untuk mengantisipasi kebakaran lahan, kini pemilik kebun sudah banyak yang membangun sumur bor di areal kebun. Jadi, sewaktu-waktu bisa digunakan untuk memadamkan api jika terjadi kebakaran lahan,” kata Dahlan.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotim, saat ini sedikitnya 35 hektare lahan kosong berupa semak belukar di Kotim hangus terbakar. Data tersebut kemungkinan bisa bertambah karena kondisi saat ini masih cukup rawan.

“Dampak dari kejadian itu wilayah Kabupaten Kotim diselimuti asap bercampur debu hasil kebakaran,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim, Rukmana Priyatna.

Dari 35 hekatare lahan berupa semak belukar yang sampai saat ini masih terbakar tersebut adalah milik masyarakat. Berdasarkan hasil pantauan BPBD di lapangan, lahan tersebut diduga ada yang sengaja dibakar oleh pemiliknya kemudian menjalar ke lahan kering lainnya hingga meluas dan sulit dipadamkan.

BPBD Kotim melalui tim pemadam kebakaran sampai saat ini terus berupaya memadamkan kebakaran lahan tersebut. Kemampuan pemadaman kebakaran lahan yang dilakukan tim Damkar sangat terbatas, sehingga hasilnya tidak bisa maksimal. Daya jangkau pemadaman tim Damkar hanya 200 meter saja dari tepi jalan akibat keterbatasan peralatan.

Kebakaran lahan yang terjadi ada pula yang sudah mendekati permukiman padat penduduk. Selain memadamkan api, BPBD juga sudah membagikan 5000 masker untuk membantu masyarakat mencegah terserang infeksi saluran pernafasan akut terhirup debu kebakaran lahan.

DISERBU ASAP PEKAT

Sementara di Kota Buntok dan sekitarnya, di Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah, pada Selasa kemarin juga diselimuti kabut asap tipis akibat kebakaran lahan Kabupaten Kapuas.

Kabut yang menyelimuti Kota Buntok dan sekitarnya sejak dua hari terakhir masih belum mengganggu aktivitas para pengguna jalan karena tidak terlalu menghalangi pandangan.

Salah seorang warga Jalan Asam, Achmad Samsudin menyatakan khawatir, sebab seperti tahun sebelumnya bila kabut asap kian tebal banyak warga yang terserang penyakit infeksi saluran pernafasan atas.

Sementara Kasi Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Barito Selatan Piad Jond mengatakan kabut asap yang muncul ini merupakan kiriman dari kabupaten tetangga.

Kabut asap yang menyerang kota sudah menyebabkan terjadinya banyak kecelakaan kendaraan bermotor.
Kabut asap yang menyerang kota sudah menyebabkan terjadinya banyak kecelakaan kendaraan bermotor.

Di wilayah Kabupaten Kapuas yang berbatasan dengan wilayah Barito Selatan tepatnya di pinggir Jalan menuju arah ke Palangka Raya terjadi kebakaran lahan, ujarnya.

Menurut dia, berdasarkan data satelit National Oceanic Atmospiheric Administration atau NOAA-18 hingga tanggal 9 Agustus 2015, tidak terpantau titik panas di Barito Selatn.

Sedangkan berdasarkan data satelit Tera/Aqua Nasa terpantau dua titik panas pada tanggal 6 Agustus 2015, sedangkan dari tanggal 7 hingga 9 Agustus tidak terpantau. [] ANT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *